Dalam perkembangan terbaru kasus pelecehan seksual yang melibatkan seorang dokter di Kota Malang, empat pasien telah melaporkan pengalaman serupa. Kasus ini mulai mendapatkan perhatian luas setelah unggahan korban pertama di media sosial. Penasehat hukum korban pertama mengungkapkan adanya tiga laporan tambahan dengan modus operandi yang sama.
Di kota Malang, pada hari Jumat tanggal 18 April 2025, muncul informasi mengejutkan tentang peningkatan jumlah korban pelecehan seksual oleh seorang profesional medis. Awalnya, seorang wanita berinisial QAR dari Bandung membagikan ceritanya melalui platform digital. Setelah keberaniannya, tiga individu lainnya juga mengaku menjadi korban dari perilaku serupa oleh dokter yang sama.
Ketika ditemui di markas kepolisian resor Kota Malang, Satria Manda Adi Marwan, yang bertindak sebagai kuasa hukum QAR, menjelaskan bahwa total ada empat korban termasuk QAR. Para korban ini saling berkomunikasi lewat jejaring sosial untuk memverifikasi pengalaman mereka. Semua insiden tersebut dilaporkan terjadi dalam lingkungan rumah sakit yang sama, dengan pola interaksi mencurigakan seperti ajakan untuk acara sosial tertentu.
Para saksi menyampaikan bahwa pelaku menggunakan pendekatan persuasif melalui percakapan online, mencoba mendekati korban di luar konteks profesional. Satria Manda Adi Marwan menegaskan perlunya lebih banyak korban untuk maju dan melapor kepada otoritas terkait.
Dari perspektif jurnalis atau pembaca, kasus ini menyoroti pentingnya kesadaran publik terhadap pelecehan seksual dalam semua bentuknya, bahkan ketika dilakukan oleh individu yang tampaknya memiliki posisi otoritatif. Ini juga menunjukkan betapa pentingnya teknologi dalam membantu korban berbagi pengalaman dan menemukan dukungan satu sama lain. Dengan demikian, masyarakat diharapkan dapat lebih waspada serta memberikan ruang bagi korban untuk berbicara tanpa takut dihakimi.