Menurut pembuat film animasi Ryan Ardiandhy, percepatan koneksi internet menjadi elemen utama dalam mewujudkan pendidikan inklusif dan berbasis teknologi di Indonesia. Selama ini, hambatan infrastruktur digital terutama dirasakan oleh para pelajar dan tenaga pendidik di daerah. Pemerintah telah mengambil langkah dengan mempercepat proses digitalisasi melalui instruksi presiden yang fokus pada pemanfaatan teknologi.
Dalam diskusi yang digelar oleh Putera Sampoerna Foundation, Ryan menyampaikan pengalaman sulitnya bekerja dengan kecepatan internet yang lambat. Ia bahkan harus mengirim data fisik menggunakan kurir daripada menyelesaikan proses upload secara online. Direktur Sekolah Menengah Pertama Kemendikdasmen RI juga menekankan bahwa akselerasi infrastruktur digital adalah prioritas nasional guna menjembatani kesenjangan antara perkotaan dan pedesaan.
Internet cepat bukan hanya sekadar kemewahan tetapi merupakan fondasi penting bagi sistem pendidikan modern di Indonesia. Tanpa konektivitas yang memadai, upaya transformasi digital akan tertahan. Pengalaman Ryan Ardiandhy saat membuat film Jumbo menjadi contoh nyata bagaimana infrastruktur lemah dapat memengaruhi produktivitas.
Proses pembuatan film animasi sering kali memerlukan pengunggahan file besar ke server internasional. Namun, keterbatasan kecepatan internet membuatnya harus mengirimkan harddisk secara manual menggunakan ojek. Ini mencerminkan tantangan umum yang dialami oleh banyak profesional kreatif serta komunitas pendidikan di daerah-daerah terpencil. Dalam konteks pendidikan, situasi ini dapat memengaruhi efektivitas belajar-mengajar, terutama ketika interaksi virtual seperti video call menjadi sarana utama komunikasi antara guru dan siswa.
Maulani Mega Hapsari dari Kemendikdasmen RI menjelaskan bahwa pemerintah sedang melakukan berbagai inisiatif untuk mempercepat digitalisasi pendidikan. Salah satu caranya adalah melalui Instruksi Presiden No. 7 Tahun 2025 yang bertujuan memperluas jaringan internet ke seluruh wilayah Indonesia. Fokus ini tidak hanya terletak pada penyediaan perangkat keras, tetapi juga pada peningkatan literasi digital di kalangan masyarakat luas.
Transformasi digital dalam bidang pendidikan membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan komunitas lokal. Tanpa akses internet yang merata, potensi Indonesia untuk mencapai visi "Indonesia Emas" akan semakin jauh. Diskusi yang diadakan oleh Putera Sampoerna Foundation tersebut menggarisbawahi urgensi percepatan konektivitas agar tidak ada lagi "zona cemas" dalam sistem pendidikan. Kesetaraan akses internet menjadi faktor penentu dalam membuka peluang baru bagi generasi muda di seluruh Nusantara.