Gaya Hidup
Perayaan Iduladha di Indonesia: Keunikan Tradisi dari Sabang hingga Merauke
2025-06-05

Iduladha tidak hanya menjadi hari raya yang penuh makna bagi umat Muslim di Indonesia, tetapi juga momen untuk mempererat tali silaturahmi dan kebersamaan. Di berbagai wilayah Tanah Air, perayaan ini dimeriahkan oleh tradisi-tradisi unik yang telah dilakukan secara turun-temurun. Dari Aceh hingga Maluku, masyarakat merayakan hari besar Islam dengan cara-cara khas yang mencerminkan nilai-nilai syukur, gotong royong, serta penghormatan kepada leluhur.

Berikut adalah dua aspek utama dalam perayaan Iduladha di Indonesia: pertama, bagaimana tradisi penyembelihan hewan kurban dikemas secara lokal dan kreatif; kedua, bagaimana komunitas menjaga kearifan lokal melalui upacara-upacara adat yang mengandung makna mendalam tentang persatuan dan toleransi.

Penghormatan Terhadap Kurban: Tradisi Lokal yang Bermakna

Dalam perayaan Iduladha, penyembelihan hewan kurban menjadi inti dari perayaan ini. Namun, di berbagai daerah di Indonesia, tradisi ini diwujudkan melalui ritual-ritual unik yang memperkaya makna spiritual. Contohnya, di Pasuruan, sapi yang akan dikurbankan dihias seperti pengantin sebagai bentuk penghormatan. Sementara itu, di Aceh, masyarakat berkumpul untuk menikmati hidangan bersama sebagai ungkapan rasa syukur atas kemakmuran.

Di Pasuruan, tradisi Manten Sapi menciptakan suasana istimewa saat hari raya. Sapi-sapi yang akan dikurbankan dihias layaknya pengantin dengan menggunakan kain kafan, bunga, dan sajadah. Ritual ini bukan hanya simbolisasi kesucian, tetapi juga penghormatan terhadap hewan yang dikurban. Setelah prosesi tersebut, daging kurban didistribusikan dan diolah menjadi berbagai masakan yang kemudian dinikmati bersama-sama oleh seluruh warga. Sedangkan di Aceh, tradisi Meugang telah ada sejak zaman Kesultanan Aceh. Pada masa itu, daging dibagikan kepada rakyat sebagai wujud syukur atas kemakmuran. Kini, tradisi ini tetap dilestarikan sebagai sarana memperkuat hubungan sosial antarwarga. Prosesi arak-arakan daging hingga pembagian ke sesama mencerminkan semangat kebersamaan yang mendalam.

Kearifan Lokal: Upacara Adat yang Menghidupkan Makna Hari Raya

Tidak hanya fokus pada penyembelihan hewan kurban, banyak daerah di Indonesia juga memiliki tradisi unik yang melibatkan elemen-elemen adat setempat. Misalnya, di Cirebon, alunan gamelan Sekaten menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Iduladha. Begitu pula di Banyuwangi, suku Osing menjemur kasur mereka sebagai simbol penolak bala dan harapan keharmonisan rumah tangga.

Gamelan Sekaten di Cirebon menjadi salah satu contoh bagaimana musik tradisional dipadukan dengan perayaan hari raya Islam. Alunan gamelan ini dipercaya sebagai media dakwah oleh Sunan Gunung Jati, sehingga sampai sekarang masih menjadi bagian penting dari perayaan di Keraton Kasepuhan. Selain itu, di Banyuwangi, tradisi Mepe Kasur memberikan makna spiritual yang kuat. Kasur-kasur dengan corak merah dan hitam dijemur di halaman rumah sebagai simbol perlindungan dan keberanian. Warna hitam melambangkan kekekalan, sementara merah melambangkan keberanian. Tradisi ini tidak hanya memperkuat identitas budaya suku Osing, tetapi juga menciptakan rasa percaya diri dalam menghadapi tantangan kehidupan. Di tempat lain, seperti Gowa di Sulawesi Selatan, Accera Kalompoang dilakukan dengan membersihkan pusaka kerajaan sebagai simbol penyucian dan penghormatan kepada nenek moyang. Semua tradisi ini menunjukkan betapa dalamnya akar budaya lokal yang terjalin erat dengan nilai-nilai agama.

more stories
See more