Menjelang perayaan Iduladha, umat Islam di seluruh dunia bersiap untuk melaksanakan tradisi penyembelihan hewan kurban. Ritual ini bukan hanya ibadah sunnah bagi mereka yang mampu secara finansial tetapi juga menjadi momen penting untuk menyebarkan kebaikan dengan berbagi kepada sesama. Salah satu aspek utama dari proses kurban adalah pembagian dagingnya kepada beberapa kelompok masyarakat. Artikel ini memberikan penjelasan tentang siapa saja yang berhak menerima daging kurban serta bagaimana cara membagikannya dengan tepat.
Dalam praktiknya, sepertiga dari total daging kurban dapat didistribusikan kepada tiga golongan tertentu. Golongan pertama adalah shohibul qurban atau individu yang melakukan ibadah kurban tersebut. Mereka memiliki hak atas sebagian hasil kurban sesuai dengan ajaran agama. Selain itu, sahabat, kerabat dekat, dan tetangga juga termasuk dalam kelompok penerima bagian ini meskipun mereka tidak berasal dari kalangan fakir miskin.
Seperti disinggung dalam Hadis Riwayat Ahmad, setiap orang yang melakukan kurban diperbolehkan untuk mengonsumsi sebagian hasilnya. Namun, ada batasan penting terkait penggunaan bagian tersebut. Orang yang berkurban tidak boleh menjual daging, bulu, atau kulitnya dalam bentuk apa pun. Selain itu, daging yang dibagikan kepada orang-orang terdekat seperti sahabat dan tetangga juga harus dipastikan tidak digunakan untuk tujuan komersial. Hal ini menunjukkan bahwa nilai-nilai sosial dan spiritual tetap menjadi prioritas dalam praktik kurban.
Golongan ketiga yang mendapatkan bagian besar dari daging kurban adalah fakir miskin. Kelompok ini memiliki hak yang sama dengan shohibul qurban dan lingkungan sosial lainnya. Sebagai salah satu tujuan utama dari ritual kurban, berbagi kepada orang-orang yang membutuhkan menjadi kewajiban moral bagi pelaku kurban. Penyampaian daging kepada fakir miskin dilakukan tanpa syarat, sehingga mereka bebas menggunakan daging tersebut sesuai kebutuhan mereka.
Berdasarkan ayat Al-Quran Surat Al-Hajj ayat 28, konsep saling berbagi dalam konteks kurban sangat ditekankan. Fakir miskin tidak hanya mendapatkan sepertiga bagian tetapi juga bisa menerima tambahan jika shohibul qurban mengizinkannya. Ini mencerminkan pentingnya empati dan solidaritas dalam masyarakat. Proses distribusi daging harus direncanakan dengan baik agar semua pihak yang berhak benar-benar menerima manfaat dari ibadah ini. Selain itu, pendekatan ini membantu memperkuat hubungan sosial antara anggota masyarakat, baik yang mampu maupun yang kurang mampu.