Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan tren positif pada akhir perdagangan Kamis dengan penguatan signifikan sebesar 4,79%, mencapai level 6.254. Selain itu, mata uang Rupiah juga mengalami apresiasi hingga 0,39% terhadap Dolar AS. Namun, pada sesi perdagangan Jumat, IHSG dibuka melemah 1% ke posisi 6.195, sementara Rupiah hanya menguat tipis sebesar 0,09%. Untuk memahami dinamika pergerakan ini, analis Revo Gilang Firdaus dari CNBC Indonesia memberikan perspektif mendalam dalam diskusi Squawk Box.
Dengan melihat fluktuasi pasar selama dua hari tersebut, ada beberapa faktor yang memengaruhi perubahan nilai IHSG dan Rupiah. Pertama, sentimen global serta data ekonomi domestik berperan penting dalam menentukan arah pergerakan. Kedua, aktivitas investor asing menjadi indikator utama dalam menilai kepercayaan pasar. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang kedua isu ini beserta analisisnya.
Pada awal minggu ini, IHSG berhasil menunjukkan performa kuat dengan rebound signifikan setelah periode stagnansi sebelumnya. Peningkatan ini dipicu oleh harapan pemulihan ekonomi nasional dan internasional. Di sisi lain, kenaikan nilai tukar Rupiah menunjukkan kepercayaan investor terhadap stabilitas moneter Indonesia. Meskipun demikian, pembukaan lemah pada Jumat pagi menunjukkan adanya tekanan jual yang masih berlangsung.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tren ini antara lain adalah respons pasar terhadap kebijakan fiskal dan moneter pemerintah, serta ekspektasi inflasi yang mulai mereda. Selain itu, aliran modal asing yang masuk secara konsisten telah memberikan dorongan positif bagi IHSG. Namun, ketidakpastian geopolitik global tetap menjadi risiko potensial yang dapat memengaruhi stabilitas pasar keuangan. Oleh karena itu, para pelaku pasar harus tetap waspada terhadap perubahan kondisi eksternal yang mungkin terjadi dalam waktu dekat.
Meskipun IHSG dan Rupiah menunjukkan tanda-tanda positif, ada beberapa tantangan yang perlu diperhatikan untuk memastikan keberlanjutan tren bullish. Salah satu faktor penting adalah bagaimana pemerintah dan bank sentral merespons perubahan situasi global dengan kebijakan yang tepat. Selain itu, performa korporasi lokal dalam laporan keuangan kuartalan akan menjadi indikator utama bagi para investor.
Berdasarkan analisis Revo Gilang Firdaus, optimisme pasar saat ini didukung oleh harapan pemulihan ekonomi yang lebih cepat daripada proyeksi awal. Namun, pelaku pasar harus siap menghadapi volatilitas yang bisa meningkat akibat ketegangan geopolitik atau pelemahan ekonomi di negara-negara mitra dagang utama. Untuk menjaga momentum positif, langkah-langkah strategis seperti deregulasi investasi dan percepatan program infrastruktur sangat diperlukan. Dengan demikian, stabilitas pasar keuangan dapat terjaga meskipun di tengah tantangan global yang semakin kompleks.