Guncangan di pasar keuangan Asia-Pasifik terjadi akibat ketidakpastian yang meningkat dari perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Para investor merespons dengan melakukan aksi jual secara masif, menyusul pengumuman Presiden AS Donald Trump mengenai tarif impor baru. Dampaknya langsung dirasakan di berbagai bursa regional. Indeks S&P/ASX 200 di Australia membukukan penurunan sebesar 0,51%, sementara Nikkei 225 Jepang anjlok hingga 5,46%. Selain itu, indeks Topix juga turun signifikan mencapai 5,05%.
Bursa lain di wilayah ini juga mengalami tekanan kuat. Kospi Korea Selatan melorot sebesar 1,44%, serta indeks kecil Kosdaq turun tipis 0,44%. Di Hong Kong, Indeks Hang Seng berada di level 20.601, sedikit lebih rendah dibandingkan penutupan sebelumnya. Kebijakan tarif yang diperpanjang selama 90 hari oleh pemerintahan AS ternyata tidak cukup untuk menenangkan pasar. Sebaliknya, analis ANZ menyatakan bahwa langkah tersebut malah memperdalam ketidakpastian dalam perdagangan global.
Pasar saham AS mencatat reli harian meskipun masih tertekan pada minggu yang penuh gejolak. Investor berusaha untuk menutup kerugian setelah serangkaian ayunan tajam di rata-rata saham utama. Indeks S&P 500 berjangka naik 0,3%, sementara Nasdaq 100 berjangka naik sekitar 0,1%. Meskipun ada kenaikan, ketiga indeks utama di AS tetap ditutup lebih rendah. Hal ini mencerminkan adanya kekhawatiran mendalam tentang masa depan ekonomi global. Situasi ini menunjukkan pentingnya dialog internasional guna menciptakan stabilitas ekonomi yang lebih baik bagi semua negara.