Pendekatan untuk membentuk generasi muda yang lebih baik menjadi perhatian serius berbagai pihak. Program pengiriman anak-anak nakal ke barak militer oleh Gubernur Jawa Barat telah menarik perhatian publik, namun NU menawarkan solusi alternatif melalui pendidikan pesantren. Ketua Bidang Keagamaan PBNU, Gus Fahrur, mengungkapkan bahwa meskipun program ini telah dimulai, ia menyarankan agar ada tambahan elemen spiritual dalam proses pembinaan.
Menggabungkan disiplin militer dengan nilai-nilai agama dianggap sebagai langkah strategis. Menurut Gus Fahrur, pendekatan semata-mata pada fisik tidak cukup untuk mengubah pola pikir anak-anak yang bermasalah. Ia menekankan pentingnya pendidikan mental dan spiritual yang lebih mendalam. “Pendidikan keagamaan serta pemahaman psikologi sangat diperlukan agar anak-anak dapat dipandu secara holistik, bukan hanya melalui pelatihan fisik,” katanya saat memberikan pandangan pada akhir pekan lalu.
Untuk memastikan hasil yang efektif, Gus Fahrur juga menyoroti perlunya seleksi terlebih dahulu sebelum anak-anak dikirim ke barak militer. Tidak semua anak memiliki profil mental yang cocok untuk pendekatan ini. Oleh karena itu, kurikulum yang tepat harus disiapkan sesuai dengan kebutuhan spesifik setiap kelompok anak. Melalui metode ini, diharapkan akan tercipta generasi muda yang tidak hanya taat pada aturan, tetapi juga memiliki moralitas yang kuat.
Pembentukan karakter anak-anak tidak hanya bergantung pada metode eksternal seperti pelatihan fisik, tetapi juga pada pengembangan aspek internal seperti nilai-nilai spiritual dan psikologis. Kolaborasi antara pendekatan militer dan pendidikan agama bisa menjadi kunci untuk menciptakan individu-individu yang tangguh, bertanggung jawab, dan memiliki integritas tinggi. Dengan demikian, masa depan generasi muda Indonesia dapat dipersiapkan dengan lebih baik melalui sinergi berbagai elemen pendidikan.