Berita
Protes Komunitas Katolik atas Unggahan Trump di Truth Social
2025-05-04

Pengunggahan gambar dirinya yang tampak seperti Paus oleh mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di platform media sosial Truth Social memicu kecaman tajam dari komunitas Katolik. Gambar tersebut, yang didesain menggunakan teknologi artificial intelligence (AI), menampilkan Trump dengan atribut kepausan seperti jubah putih, liontin salib emas, dan topi miter. Unggahan ini datang setelah pernyataan kontroversialnya yang menyebutkan minat untuk menjadi paus berikutnya, beberapa hari sebelum konklaf untuk memilih pengganti Paus Fransiskus dimulai.

Gambar AI ini memperlihatkan figur Trump dengan pose telunjuk kanannya yang mengarah ke langit. Hal ini menciptakan interpretasi simbolis yang memancing reaksi negatif dari kalangan Katolik AS. Sebelumnya, Trump membuat pernyataan canda kepada wartawan bahwa ia ingin menggantikan Paus Fransiskus, yang meninggal pada tanggal 21 April lalu. Ketika ditanya lebih lanjut tentang kandidat pengganti, Trump menyebut Uskup Agung New York Timothy Dolan sebagai salah satu tokoh favoritnya, meskipun ia menegaskan tidak memiliki preferensi spesifik.

Konferensi Katolik Negara Bagian New York secara resmi mengecam tindakan Trump ini melalui sebuah posting di X. Dalam pernyataan mereka, mereka menyampaikan rasa duka mendalam atas meninggalnya Paus Fransiskus dan menilai tindakan Trump sebagai bentuk ejekan terhadap nilai-nilai agama. "Tidak ada yang pintar atau lucu tentang gambar ini, Tuan Presiden," tulis Konferensi tersebut, menyoroti betapa sensitif situasi saat ini bagi umat Katolik di seluruh dunia.

Tindakan Trump ini juga dipertanyakan dalam konteks etika publik. Banyak pihak yang melihat unggahannya sebagai kurangnya rasa hormat terhadap tradisi Gereja Katolik, terutama dalam momen penting seleksi paus baru. Selain itu, pernyataan Trump tentang Uskup Agung Timothy Dolan menunjukkan kedekatan politik antara pemimpin negara dan tokoh agama, yang bisa memunculkan spekulasi soal campur tangan politik dalam urusan gereja.

Kecaman terhadap Trump tidak hanya berasal dari kalangan Katolik AS tetapi juga menyebar ke berbagai kelompok agama lainnya. Peristiwa ini menunjukkan betapa sensitif hubungan antara politik dan agama dapat mempengaruhi persepsi publik. Kepada para pemimpin masa depan, kejadian ini memberikan pelajaran penting tentang pentingnya kesadaran akan nilai-nilai budaya dan spiritualitas dalam komunikasi publik.

Momennya sangat tepat untuk mengevaluasi ulang bagaimana tokoh publik memandang isu-isu agama. Reaksi keras dari komunitas Katolik menunjukkan bahwa setiap tindakan yang dilakukan di ruang publik harus diimbangi dengan pemahaman mendalam tentang dampak sosial dan spiritualnya.

more stories
See more