Berita
Protes Terhadap Pembangunan Hotel di Situs Bersejarah di Serbia
2025-03-25

Puluhan ribu warga di Serbia menggelar aksi protes pada Senin (24/3/2025) terkait rencana pembangunan sebuah hotel mewah di bekas lokasi bersejarah yang hancur akibat serangan NATO pada tahun 1999. Proyek ini didukung oleh pemerintah Serbia dan dilaksanakan oleh perusahaan Affinity Global Partners, yang didirikan Jared Kushner, menantu mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Lokasi tersebut merupakan markas besar militer Yugoslavia yang diruntuhkan selama pengeboman NATO sepanjang 78 hari, yang menewaskan lebih dari 500 warga sipil. Meskipun proyek ini dianggap sebagai upaya modernisasi ibu kota oleh pemerintah, oposisi menyatakan bahwa langkah ini tidak memperhatikan nilai historis tempat tersebut.

Aksi Demonstrasi Melawan Pembangunan Hotel di Bekas Markas Militer Yugoslavia

Pada hari Senin di tengah musim semi yang dingin, Belgrade menjadi saksi penting bagi rakyat Serbia yang turun ke jalan untuk menentang rencana pembangunan hotel mewah di pusat kota. Lokasi proyek ini adalah bekas gedung Staf Umum militer Yugoslavia, yang mengalami kerusakan parah akibat kampanye pengeboman NATO pada tahun 1999. Aksi protes ini bertepatan dengan Hari Peringatan Serbia, yang diperingati setiap tanggal 24 Maret sebagai pengingat awal serangan NATO yang berlangsung selama hampir tiga bulan.

Perusahaan yang bertanggung jawab atas proyek ini adalah Affinity Global Partners, didirikan oleh Jared Kushner. Pemerintah Serbia telah menyetujui kesepakatan bernilai jutaan dolar AS dengan perusahaan tersebut, meliputi sewa lahan selama 99 tahun serta rencana membangun hotel bermerek Trump, apartemen mewah, kantor, toko, dan monumen peringatan bagi korban pengeboman. Namun, banyak kelompok oposisi yang merasa bahwa pembangunan ini kurang memperhatikan signifikansi historis lokasi tersebut.

Presiden Aleksandar Vucic dan pemerintahannya mendukung proyek ini sebagai bagian dari strategi modernisasi ibu kota. Namun, rakyat Serbia tampaknya memiliki pandangan berbeda, dengan beberapa demonstran menyoroti bahwa mereka tidak akan melupakan tragedi masa lalu yang dialami negara mereka akibat serangan blok militer pimpinan Amerika Serikat.

Dalam unjuk rasa tersebut, para peserta juga mengenang korban pengeboman NATO yang tidak hanya merenggut nyawa ratusan warga sipil tetapi juga meninggalkan trauma mendalam bagi generasi Serbia.

Sebagai catatan, pengeboman NATO pada tahun 1999 tidak didukung oleh resolusi Dewan Keamanan PBB, namun tetap dilakukan dalam konteks konflik Kosovo.

Di sisi lain, meskipun ada rencana untuk membangun monumen peringatan bagi korban, para aktivis masih meragukan apakah hal tersebut cukup untuk menghormati kenangan mereka.

Banyak yang khawatir bahwa proyek ini dapat mengabaikan makna simbolis tempat tersebut bagi sejarah Serbia.

Wacana ini menciptakan polarisasi di antara penduduk lokal, di mana sebagian mendukung pembangunan demi perkembangan ekonomi, sementara lainnya tetap teguh menjaga nilai-nilai historis.

Menyadari kompleksitas situasi, dialog antara pemerintah dan masyarakat lokal sangat dibutuhkan agar keputusan akhir benar-benar mencerminkan aspirasi kolektif bangsa Serbia.

Protes ini menggarisbawahi betapa pentingnya mempertimbangkan aspek sosial dan historis ketika merencanakan pembangunan infrastruktur di situs-situs bersejarah.

Dari perspektif wartawan, aksi protes ini mengingatkan kita bahwa pembangunan fisik harus selalu beriringan dengan penghormatan terhadap nilai-nilai budaya dan sejarah suatu bangsa. Sebuah keseimbangan yang baik antara kemajuan ekonomi dan penghormatan terhadap identitas nasional sangatlah penting untuk memastikan bahwa proyek-proyek besar seperti ini tidak hanya menguntungkan segelintir orang, tetapi juga memberikan manfaat kepada semua pihak tanpa mengorbankan warisan masa lalu.

more stories
See more