Pengumuman kebijakan tarif impor baru oleh Amerika Serikat (AS) telah memicu respons cepat dari pemerintah Indonesia. Pemerintah Indonesia menyadari bahwa langkah ini dapat berdampak besar terhadap sektor ekspor nasional. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menjelaskan bahwa pihaknya sedang mengevaluasi secara menyeluruh dampak potensial dari kebijakan tersebut.

Kebijakan ini diperkirakan akan memberikan tantangan bagi beberapa produk unggulan Indonesia yang diekspor ke AS, seperti elektronik, tekstil, dan produk perikanan. Untuk mengantisipasi hal ini, pemerintah telah merancang serangkaian strategi mitigasi guna melindungi stabilitas ekonomi domestik. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menjaga keseimbangan yield Surat Berharga Negara (SBN) serta bekerja sama dengan Bank Indonesia untuk memastikan stabilitas nilai tukar rupiah. Selain itu, langkah-langkah lain seperti memperkuat likuiditas valuta asing juga menjadi prioritas utama.

Koordinasi lintas kementerian dan komunikasi intensif dengan perwakilan Indonesia di AS telah dilakukan guna mempersiapkan langkah-langkah strategis. Delegasi tingkat tinggi bahkan akan dikirim ke Washington DC untuk melakukan negosiasi langsung dengan pemerintah AS. Presiden Prabowo Subianto juga telah mendorong seluruh jajaran pemerintahan untuk melaksanakan reformasi struktural dan deregulasi sebagai upaya meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia serta menarik lebih banyak investasi.

Melalui pendekatan proaktif dan kolaboratif, pemerintah Indonesia menunjukkan komitmennya dalam melindungi stabilitas ekonomi nasional. Langkah-langkah mitigasi ini bukan hanya sebagai respon terhadap tekanan eksternal tetapi juga sebagai upaya untuk memperkuat fondasi ekonomi domestik. Dengan strategi yang tepat, Indonesia berpotensi untuk tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang di tengah dinamika global yang semakin kompleks.