Berita
Konflik Retorika antara Hamas dan Otoritas Palestina
2025-04-24

Pernyataan tajam yang dilontarkan oleh Presiden Otoritas Palestina (PA), Mahmoud Abbas, memicu respons keras dari kelompok Hamas. Dalam situasi ketegangan yang berkepanjangan di Gaza, Abbas mendesak pelepasan tawanan Israel dan penurunan senjata oleh Hamas. Namun, langkah ini dianggap sebagai penghinaan oleh Basem Naim, seorang pejabat senior Hamas, yang menilai bahwa tuduhan tersebut hanya mencoba menyalahkan pihaknya atas agresi yang terjadi.

Selama hampir dua dekade, perpecahan politik antara Fatah pimpinan Abbas dan Hamas semakin dalam. Kritik saling lempar telah menjadi norma, dengan Abbas menuduh Hamas merusak persatuan nasional, sementara Hamas menyindir Fatah karena dianggap bekerja sama dengan Israel.

Respon Hamas Terhadap Tuntutan Abbas

Pejabat senior Hamas, Basem Naim, mengkritik pernyataan Mahmoud Abbas yang menyerukan pembebasan tawanan Israel serta penurunan senjata. Menurut Naim, permintaan itu tidak hanya salah arah tetapi juga mencerminkan sikap yang tidak adil terhadap konflik yang sedang berlangsung. Pernyataan Abbas dinilai sebagai upaya untuk melemahkan kekuatan Hamas tanpa memperhatikan akar masalah yang sesungguhnya.

Dalam konteks ini, Naim menekankan bahwa Abbas cenderung mempersalahkan Hamas atas semua kesulitan yang dialami oleh rakyat Palestina. Padahal, faktanya adalah bahwa pendudukan dan agresi Israel-lah yang menjadi penyebab utama dari krisis yang berkepanjangan. Lebih jauh lagi, Abbas disoroti karena menggunakan istilah kasar dalam pidatonya, yang dianggap sebagai bentuk penghinaan terhadap Hamas. Hal ini menciptakan polarisasi yang lebih besar antara kedua belah pihak, membuat prospek rekonsiliasi semakin sulit dicapai.

Sejarah Perpecahan Politik Antar-Palestina

Hubungan tegang antara Fatah dan Hamas bukanlah fenomena baru. Selama hampir 20 tahun, perpecahan ideologis dan politik ini terus berkembang, menciptakan jurang yang sulit dijembatani. Abbas sering kali menuduh Hamas sebagai penghalang persatuan Palestina, sementara Hamas balik menyoroti Fatah karena dituduh bekerja sama dengan Israel dan menindak tegas oposisi di Tepi Barat.

Perbedaan mendasar antara keduanya melibatkan cara pandang terhadap strategi perlawanan terhadap pendudukan Israel. Sementara Hamas mempertahankan hak mereka untuk menggunakan segala cara termasuk perlawanan bersenjata, Abbas dan PA lebih condong pada pendekatan diplomatik meskipun hasilnya belum memberikan perubahan signifikan bagi rakyat Palestina. Ketegangan ini terus berlanjut, menciptakan situasi yang semakin kompleks dan memperburuk kondisi manusia di wilayah tersebut.

More Stories
see more