Berpuasa bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, melainkan juga mengendalikan berbagai emosi, termasuk kemarahan. Di tengah-tengah bulan suci, banyak individu yang seringkali tidak menyadari bahwa marah dapat mengurangi pahala ibadah puasa mereka. Meskipun hukumnya tidak membatalkan puasa, tetapi perilaku ini dapat mengurangi kesempurnaan pahala. Ustaz Hilman Fauzi menjelaskan bahwa setiap Muslim dianjurkan untuk mengendalikan emosi agar nilai ibadah tetap maksimal.
Dalam suasana teduh di Jakarta, para pemuka agama telah memberikan panduan penting bagi jamaah yang sedang menjalani ibadah puasa. Menurut sumber terpercaya, Ustaz Hilman Fauzi, meski kemarahan tidak secara langsung membatalkan puasa, namun hal tersebut dapat mengurangi pahala yang seharusnya didapatkan. Oleh karena itu, sangat disarankan bagi setiap orang yang merasa emosional untuk tetap tenang dan melanjutkan ibadahnya hingga waktu berbuka tiba.
Lebih lanjut, Ustaz Hilman menekankan bahwa membuat orang lain marah atau tidak nyaman juga dapat mengurangi pahala puasa. Islam, sebagai agama yang menganut perdamaian, mengajarkan bahwa marah dan emosi berlebihan adalah perbuatan yang tidak disenangi oleh Tuhan. Untuk itu, ia mendorong semua umat Islam untuk melembutkan hati dan mengontrol diri selama menjalani ibadah puasa.
Pesannya jelas: dengan berpuasa, kita dituntut untuk lebih sabar dan bijaksana dalam menghadapi situasi apapun. Ini bukan hanya tentang menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan yang harmonis dan damai.
Berpuasa adalah momen ideal untuk belajar mengendalikan diri dan meningkatkan kualitas spiritual. Melalui praktik ini, kita dapat menjadi versi yang lebih baik dari diri kita sendiri, lebih sabar, dan lebih bijaksana dalam menghadapi tantangan hidup.