Berdasarkan laporan terbaru, masyarakat Korea Selatan menghadapi tantangan serius dalam hal kualitas hidup. Indikator utama yang menunjukkan penurunan ini meliputi kepuasan hidup yang rendah dan tingkat bunuh diri yang meningkat. Menurut data dari Badan Statistik Korea, skor kepuasan hidup warga turun menjadi 6,4 dari 10 pada tahun 2023, menandai penurunan pertama dalam empat tahun terakhir. Angka ini mencerminkan ketidakpuasan yang semakin mendalam di kalangan masyarakat.
Lebih memprihatinkan lagi adalah peningkatan drastis dalam kasus bunuh diri. Pada tahun 2023, jumlah kasus bunuh diri meningkat hingga 27,3 per 100.000 orang, mencapai angka tertinggi dalam sembilan tahun. Pria Korea Selatan memiliki risiko dua kali lebih besar dibandingkan wanita, dengan tingkat bunuh diri pria mencapai 38,3 per 100.000 jiwa. Di sisi lain, kelompok usia 80 tahun ke atas mencatat tingkat bunuh diri tertinggi, yaitu 59,5 per 100.000 jiwa. Faktor-faktor seperti tekanan ekonomi, biaya hidup tinggi, dan jam kerja panjang berkontribusi signifikan terhadap stres yang dialami banyak orang.
Meningkatnya tekanan hidup juga tercermin dalam aspek lain, seperti hubungan keluarga yang melemah dan waktu luang yang berkurang. Kepuasan terhadap hubungan keluarga turun menjadi 63,5% pada tahun 2023, sedangkan indeks kepercayaan antar individu hanya mencapai 52,7%. Biaya pendidikan yang meningkat dan waktu santai yang berkurang menjadi beban tambahan bagi masyarakat. Meskipun ada sedikit kabar baik dengan naiknya tingkat ketenagakerjaan, distribusi manfaatnya belum merata.
Situasi ini menunjukkan bahwa meskipun Korea Selatan dikenal sebagai negara maju, banyak warganya yang tidak merasa bahagia. Hal ini menekankan pentingnya upaya untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan sosial masyarakat. Dengan adanya dukungan yang tepat dan program pencegahan yang efektif, harapannya adalah masyarakat dapat merasakan peningkatan kualitas hidup yang lebih baik dan lebih bermakna.