Nilai-nilai kemanusiaan dan keikhlasan tercermin dalam perayaan Idulfitri keluarga Nabi Muhammad SAW. Dalam suasana kebahagiaan yang menyelimuti umat Islam, keluarga besar Nabi menunjukkan contoh luar biasa tentang pengorbanan dan kasih sayang terhadap sesama. Menjelang hari raya, Sayyidina Ali bin Abi Thalib bersama keluarganya sibuk membagikan rezeki kepada mereka yang kurang mampu. Tidak hanya memberikan doa, tetapi juga tindakan nyata melalui pembagian gandum dan kurma kepada kaum fakir miskin.
Kehidupan sederhana menjadi ciri khas keluarga Rasulullah. Pada pagi hari Idulfitri, setelah mengikuti shalat berjamaah dengan khidmat, keluarga tersebut kembali ke rumah mereka. Di sinilah sebuah kejutan menunggu seorang sahabat dekat, Ibnu Rafi’i. Ketika berkunjung untuk mengucapkan salam, dia menemukan bahwa menu makanan mereka tidak lebih dari gandum basi tanpa tambahan apapun. Kejadian ini membuat Ibnu Rafi’i begitu tersentuh hingga ia bergegas menemui Rasulullah untuk menceritakan apa yang dilihatnya.
Sikap rendah hati dan pengabdian kepada sesama manusia adalah inti dari cerita ini. Rasulullah, setelah mendengar kabar buruk tersebut, malah meneteskan air mata kebahagiaan atas keikhlasan keluarganya. Mereka telah memilih untuk mengutamakan kebutuhan orang lain daripada menikmati hidangan lezat di hari raya. Hal ini mengajarkan kita bahwa kebahagiaan sejati datang bukan dari harta atau kemewahan, tetapi dari bagaimana kita bisa berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Tradisi ini harus diwariskan sebagai pelajaran berharga bagi generasi penerus umat Islam.