Berita
Peluncuran AI Manus: Antara Harapan dan Kritik
2025-04-03

Sebuah kecerdasan buatan (AI) anyar dari China, bernama Manus, telah menarik perhatian dunia. Dibuat oleh perusahaan startup Butterfly Effect, sistem ini diklaim mampu bekerja tanpa intervensi manusia. Meskipun demikian, tanggapan terhadap inovasi ini bervariasi, dengan beberapa pihak menyampaikan antusiasme besar, sementara yang lainnya merasa kecewa atau khawatir.

Mulai dari kemampuan mendefinisikan ulang batasan kerja mesin hingga masalah praktis seperti kesalahan dalam melaksanakan tugas sederhana, pengembangan Manus menjadi topik hangat di kalangan teknologi modern. Para pengguna awal memberikan berbagai umpan balik, baik positif maupun negatif, yang mencerminkan tantangan nyata dalam implementasi AI generasi baru.

Inovasi Baru dalam Kolaborasi Manusia dan Mesin

Butterfly Effect, sebuah perusahaan rintisan asal China, menghadirkan teknologi AI bernama Manus yang dirancang untuk meningkatkan kolaborasi antara manusia dan mesin. Dalam video peluncurannya, salah satu pendiri perusahaan, Yichao “Peak” Ji, menjelaskan bahwa Manus diharapkan dapat membuka paradigma baru dalam dunia teknologi. Tujuannya adalah menciptakan sistem yang tidak hanya cerdas secara teknis tetapi juga mampu berpikir seperti manusia.

Dengan konsep artificial general intelligence (AGI), Manus bertujuan merevolusi cara manusia bekerja bersama mesin. Teknologi ini dikembangkan selama satu tahun dengan fokus pada autonomi total tanpa campur tangan manusia. Pengguna awal, seperti Victor Mustar dari Hugging Face, memuji kemampuan agen digital tersebut sebagai alat AI paling canggih yang pernah dicoba. Menurutnya, Manus mampu mengubah cara pandang tentang potensi kerja mesin masa depan.

Tantangan Implementasi dan Umpan Balik Pengguna

Meski mendapat pujian atas kapasitas inovatifnya, Manus juga menuai kritik terkait performa praktisnya. Beberapa pengguna melaporkan kesulitan dalam melaksanakan tugas sehari-hari, seperti memesan tiket pesawat. Selain itu, ada keluhan tentang kecenderungan sistem untuk terjebak dalam loop tak berujung atau mengalami gangguan teknis lainnya.

Banyak pengamat menyadari bahwa meskipun teknologi AI semacam ini memiliki potensi luar biasa, tantangan implementasi tetap menjadi isu penting. Kesalahan dalam tugas sederhana menunjukkan adanya kebutuhan akan pengembangan lebih lanjut dalam desain arsitektur sistem. Tanggapan beragam dari pengguna menunjukkan bahwa Manus masih berada dalam tahap eksperimen, dengan banyak ruang untuk ditingkatkan demi mencapai standar operasional yang lebih tinggi dan stabil.

More Stories
see more