Sebuah penelitian besar dari Florida State University menunjukkan bahwa individu yang tidak menikah atau bercerai memiliki peluang lebih kecil untuk mengalami demensia dibandingkan dengan mereka yang menikah. Studi ini melibatkan lebih dari 24.000 orang di Amerika Serikat selama hampir dua dekade, mencerminkan hubungan antara status pernikahan dan kesehatan otak secara mendalam. Hasilnya juga menyoroti pentingnya faktor-faktor lain seperti dukungan sosial dan kualitas hubungan.
Berdasarkan studi yang dilakukan, hasil awal menunjukkan bahwa kelompok yang belum pernah menikah dan bercerai cenderung memiliki risiko demensia lebih rendah setelah mempertimbangkan berbagai faktor lain seperti depresi dan kebiasaan merokok. Selain itu, temuan ini lebih dominan pada jenis demensia Alzheimer dibandingkan dengan demensia vaskular.
Fenomena ini membawa perspektif baru tentang asumsi sebelumnya bahwa pernikahan berkontribusi pada kesehatan fisik dan mental yang lebih baik. Meskipun individu yang menikah mungkin lebih cepat mendeteksi gejala demensia karena pasangan mereka sering kali mendorong pemeriksaan medis, hasil studi tetap menunjukkan bahwa beberapa kelompok non-menikah memiliki perlindungan tambahan. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh pola hidup sehat dan gaya hidup individual yang kurang bergantung pada pasangan. Peneliti juga menyoroti adanya keterbatasan dalam studi tersebut, termasuk ketidakseimbangan etnis dan pendapatan serta dominasi peserta yang sudah menikah.
Selain fokus pada status pernikahan, penelitian ini juga menekankan pentingnya kualitas hubungan sosial dan kepuasan pribadi dalam menjaga kesehatan otak. Temuan ini menunjukkan bahwa transisi pernikahan seperti perceraian atau duda/janda dapat memberikan dampak positif tertentu jika individu tersebut mampu mengembangkan jaringan sosial yang kuat.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa kesehatan kognitif tidak hanya dipengaruhi oleh status pernikahan saja, tetapi juga oleh elemen-elemen lain seperti dukungan emosional, interaksi sosial, dan kesejahteraan psikologis. Para ilmuwan menyarankan agar penelitian lebih lanjut dilakukan untuk memahami bagaimana kualitas hubungan sosial dapat memengaruhi kesehatan otak di usia tua. Faktor-faktor ini mungkin menjadi kunci bagi strategi pencegahan demensia di masa depan. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk terus membangun hubungan sosial yang sehat dan bermakna, baik mereka yang menikah maupun tidak.