Kehadiran kembali K-pop di Tiongkok membawa angin segar bagi sektor pariwisata, perhotelan, dan perdagangan lokal. Ini menjadi bagian dari upaya pemerintah Tiongkok untuk merangsang konsumsi domestik yang sempat melambat.
Berbagai data menunjukkan bahwa kontribusi sektor budaya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Tiongkok pernah mencapai hampir 70% pada tahun 2018. Namun, saat ini angka tersebut turun drastis ke bawah 30%. Untuk memperbaiki situasi ini, Kementerian Budaya dan Pariwisata Tiongkok telah mendorong penyelenggaraan lebih banyak acara budaya sebagai cara untuk menghidupkan kembali roda perekonomian.
Dengan kebijakan ini, para analis percaya bahwa peluang kerja sama lintas negara antara Tiongkok dan Korea Selatan dapat diperluas. Terutama dalam bidang yang berkaitan dengan seni dan hiburan digital yang memiliki daya tahan lebih tinggi terhadap fluktuasi pasar internasional seperti perang dagang.
Tindakan membuka kembali akses kepada produk budaya Korea Selatan juga dinilai sebagai bagian dari strategi diplomasi budaya Tiongkok. Hal ini bertujuan untuk memperkuat hubungan diplomatik dengan negara-negara tetangga termasuk Korea Selatan. Melalui pendekatan ini, Tiongkok berharap dapat meningkatkan citra positifnya secara global.
Analis dari Citi, John Wu dan Alicia Yap, menyatakan bahwa langkah ini bisa membuka pintu bagi aliran pendapatan baru yang berbasis pada komunitas penggemar. Lebih lanjut, mereka menekankan potensi kolaborasi regional yang lebih kuat melalui interaksi budaya ini.
Tiongkok adalah pasar musik terbesar kedua di Asia serta merupakan pasar ekspor album ketiga terbesar bagi Korea Selatan. Dengan adanya pembukaan kembali ini, agensi-agenzi besar seperti HYBE, SM, YG, dan JYP memiliki kesempatan besar untuk memonetisasi minat yang selama ini tertahan.
Joshua Kim dari CHS memperkirakan bahwa kontribusi Tiongkok terhadap pendapatan konser K-pop bisa melebihi 25% pada tahun 2025. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan kontribusi yang ada pada tahun 2016. Pertumbuhan pesat pasar konser Tiongkok dari US$2,9 miliar pada tahun 2019 menjadi US$8 miliar pada tahun 2024 memberikan indikasi kuat tentang potensi luar biasa yang ada.
Konser Epex di Fuzhou dianggap sebagai uji coba awal kebijakan ini. Sementara itu, beberapa acara berskala lebih kecil oleh Twice dan IVE di Shanghai menunjukkan bahwa transisi ini sedang berlangsung secara bertahap. Para analis percaya bahwa dengan persiapan yang matang dari agensi besar, mereka akan segera memanfaatkan permintaan yang ada di Tiongkok secara maksimal.
Oh Jiwoo dari CGS International Securities Hong Kong menjelaskan bahwa sumber utama pendapatan K-pop seperti streaming, konser, dan konten eksklusif untuk penggemar bersifat digital sehingga tidak terpengaruh langsung oleh tarif perdagangan lintas negara. Ini menjadikan K-pop sebagai aset penting yang dapat tumbuh tanpa batasan fisik.