Berita
Penemuan Duplikat Nisan Fatimah: Jejak Penyebaran Islam di Jawa Timur
2025-03-30

Ditemukannya duplikat nisan Fatimah binti Maimun di Museum Sejarah Universitas Negeri Malang (UM) mengungkapkan sejarah awal penyebaran Islam di Pulau Jawa, khususnya wilayah timur. Nisan ini, yang ditulis dalam aksara Arab Kufi, berisi identitas pemakaman serta ayat suci Al-Qur'an dari Surat Al-Baqarah ayat 255. Para ahli menyebut bahwa nisan tersebut mewakili makam Islam tertua di Indonesia, berasal dari tahun 1052 Masehi. Dalam konteks historis, nisan ini menunjukkan hubungan perdagangan antara saudagar Persia seperti Malik Ibrahim dengan penduduk pribumi di Nusantara, yang menjadi salah satu jalur utama perkembangan agama Islam.

Misteri dan Makna di Balik Batu Nisan Tertua

Di sebuah sudut kecil Gresik, tersembunyi jejak penting tentang bagaimana Islam pertama kali tumbuh di tanah Jawa. Pada hari Minggu (30/3/2025), di Laboratorium Sejarah UM, sejarawan Najib Jauhari memaparkan temuan penting tentang nisan duplikat Fatimah binti Maimun. Nisan asli diperkirakan berasal dari abad ke-11, tepatnya pada tahun 1052 Masehi, yang mencatat peranan tokoh bernama Malik Ibrahim, seorang pedagang asal Persia yang masuk melalui jalur perdagangan rempah-rempah.

Batu nisan ini tidak hanya mencatat identitas sang pemakam tetapi juga mencantumkan ayat suci Al-Qur'an. Menurut Najib, tulisan tersebut adalah ayat kursi, yang menunjukkan pengaruh spiritual yang kuat dalam masyarakat lokal. Meskipun nama Malik Ibrahim disiratkan secara samar-samar, nisan ini menggambarkan interaksi budaya antara para pedagang asing dan komunitas pribumi.

Najib menjelaskan bahwa proses penyebaran Islam di masa itu dimulai dari transaksi perdagangan sederhana. Saudagar seperti Malik Ibrahim tidak hanya membawa barang dagangan tetapi juga nilai-nilai agama mereka. Interaksi ini lambat laun membuka jalan bagi penerimaan Islam oleh masyarakat setempat. Selain itu, pengaruh agama semakin berkembang melalui pendidikan dan lembaga pesantren seperti Ampeldento di Surabaya dan Giri di Gresik.

Dari perspektif seorang pembaca atau jurnalis, cerita ini memberikan gambaran tentang betapa eratnya hubungan antara perdagangan dan penyebaran agama. Dalam konteks modern, kita dapat belajar bahwa dialog lintasbudaya dan kerja sama ekonomi bisa menjadi jembatan efektif untuk membangun pemahaman antarbangsa. Jejak sejarah ini mengingatkan kita akan pentingnya toleransi dan sinergi dalam kehidupan sosial.

More Stories
see more