Penelitian menunjukkan bahwa penampilan fisik memiliki dampak signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk karir, ekonomi, dan hubungan pribadi. Fenomena ini dikenal sebagai privilège kecantikan atau lookism, di mana orang yang memiliki penampilan menarik cenderung mendapatkan lebih banyak peluang dan penghargaan. Studi menunjukkan bahwa mereka yang dianggap tampan atau cantik memiliki keuntungan dalam proses rekrutmen kerja dan bahkan lebih aman dari risiko pemecatan. Selain itu, di dunia hiburan, penampilan fisik juga mempengaruhi popularitas dan persepsi publik.
Di sektor profesional, penampilan fisik yang menarik sering kali memberikan keuntungan tidak langsung. Orang yang dianggap tampan atau cantik memiliki kesempatan lebih besar untuk maju dalam proses seleksi kerja dan lebih jarang menghadapi risiko pemecatan. Ini menciptakan ketimpangan antara mereka yang memiliki penampilan menarik dengan mereka yang tidak.
Dalam sebuah studi yang melibatkan 11.000 lamaran pekerjaan, para peneliti menemukan bahwa kandidat dengan penampilan menarik memiliki peluang lebih besar untuk dipanggil ke tahap selanjutnya. Bahkan, mereka yang tidak melampirkan foto atau memiliki penampilan biasa-biasa saja sering kali tidak dilanjutkan dalam proses rekrutmen. Selain itu, orang-orang yang tampak menarik juga cenderung lebih aman dari risiko pemecatan, sementara mereka yang kurang menarik secara fisik berada dalam posisi yang lebih rentan. Dalam industri hiburan, fenomena ini menjadi lebih jelas, di mana penampilan fisik sering kali menentukan tingkat popularitas dan perhatian publik.
Bukan hanya di dunia kerja, penampilan fisik juga mempengaruhi persepsi publik dalam berbagai konteks sosial. Orang yang dianggap tampan atau cantik sering kali mendapatkan perlakuan yang lebih baik dan lebih cepat mendapat perhatian, bahkan dalam situasi yang tidak berkaitan langsung dengan penampilan. Hal ini menciptakan bias yang dapat mempengaruhi penilaian objektif tentang individu tersebut.
Psikolog menyebut fenomena ini sebagai "Efek Halo", di mana satu sifat positif seperti penampilan menarik dapat menyebabkan orang lain mengasosiasikan banyak sifat positif lainnya pada individu tersebut. Misalnya, seseorang yang tampak cantik mungkin dianggap cerdas, ramah, dan sukses, meskipun hal tersebut belum tentu benar. Efek ini dapat membawa konsekuensi negatif, seperti diskriminasi terhadap mereka yang tidak sesuai standar kecantikan tertentu. Meski sulit untuk mengubah pola pikir ini, penting bagi masyarakat untuk sadar akan bias ini dan berusaha menilai individu berdasarkan karakter dan prestasi, bukan hanya penampilan fisik.