Kebijakan kesehatan baru di Indonesia menargetkan pengurangan konsumsi lemak trans untuk mengurangi beban penyakit kardiovaskular. Pemerintah telah menginvestasikan dana hingga US$213 juta atau sekitar Rp3,45 triliun dalam dekade terakhir untuk menangani masalah ini. Studi dari Johns Hopkins University dan The George Institute menunjukkan bahwa dengan menerapkan regulasi yang tepat pada tahun 2025, negara dapat menghemat biaya serupa dan menyelamatkan lebih dari 115.000 nyawa. Penyakit jantung dan stroke menjadi penyebab utama kematian, merenggut hampir 800.000 jiwa setiap tahunnya.
Menurut analisis efektivitas pembiayaan oleh Dr. Marklund, penghapusan lemak trans dapat membantu mengurangi beban finansial kesehatan. Lemak ini banyak ditemukan dalam makanan berminyak seperti gorengan dan diketahui meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Penelitian menunjukkan bahwa kebijakan pembatasan lemak trans dan garam dapat secara signifikan menekan angka kematian akibat penyakit tersebut.
Prof. Asnawi Abdullah dari Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa beberapa negara yang telah menerapkan regulasi serupa berhasil mengurangi tingkat kematian akibat penyakit jantung dan stroke. Ini juga berdampak positif pada penurunan beban pembiayaan kesehatan nasional. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia tengah mempertimbangkan langkah serupa untuk melindungi kesehatan masyarakat.
Kebijakan ini bertujuan untuk membantu masyarakat hidup lebih sehat sambil mengendalikan eskalasi biaya kesehatan yang mencapai 7,8% per tahun selama dekade terakhir. Dengan tindakan preventif ini, diharapkan Indonesia dapat mengurangi dampak buruk penyakit kardiovaskular dan meningkatkan kualitas hidup penduduknya.