Di momen Idulfitri tahun 2025, selebriti transgender Lucinta Luna mengambil langkah emosional dengan berkunjung ke pemakaman untuk memperingati orang tuanya. Dengan gaun bermotif floral warna putih, ia menaburkan bunga setaman sebagai bentuk penghormatan dan rasa cintanya kepada mereka. Momen ini juga menjadi kesempatan baginya untuk memperkenalkan identitas barunya, Muhammad Fatah.
Berkat unggahannya di media sosial, masyarakat diberikan kesempatan melihat sisi pribadi dari sosok yang sering tampil berani ini. Ia tidak hanya menunjukkan kedalaman emosional tetapi juga memberikan pesan perdamaian dan maaf lewat ucapan Minal Aidin Walfaidzin.
Dalam perjalanan spiritualnya menuju makam, Lucinta Luna menampilkan sikap khidmat dan reflektif. Menggunakan gaun yang mencerminkan kesucian, ia membawa serta kembang setaman sebagai simbol penghormatan. Suasana sunyi di lokasi pemakaman semakin menambah kedalaman emosi saat ia berbicara kepada arwah orang tuanya.
Saat itu, Lucinta Luna datang dengan persiapan yang matang. Dua botol air kembang disusun rapi di sisi kuburan, menciptakan harmoni antara alam dan tradisi. Setiap gerakan tabur bunga yang dilakukan olehnya dipenuhi dengan kesadaran akan pentingnya hubungan keluarga meskipun dalam batas ruang waktu yang berbeda. Kata-kata "Minal aidin walfaidzin" yang ia ucapkan bukan sekadar basa-basi, melainkan ungkapan hati yang mendalam tentang pentingnya perdamaian dan permintaan maaf dalam kehidupan.
Dalam unggahan tersebut, Lucinta Luna memperkenalkan dirinya sebagai Muhammad Fatah. Nama baru ini menjadi simbol perubahan besar dalam hidupnya. Melalui momen Idulfitri, ia menggabungkan transformasi pribadi dengan nilai-nilai religius yang kuat.
Tindakan menyertakan nama Muhammad Fatah dalam caption unggahannya menandakan bahwa Lucinta Luna sedang menjalani fase baru dalam kehidupannya. Identitas ini menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan, di mana ia berusaha menemukan keseimbangan antara eksistensi pribadi dan keberadaan sosial. Ungkapan "Fatah datang Neh kunjungin Emak Abah" menunjukkan betapa ia ingin diterima kembali sebagai anak yang mencintai dan merindukan sosok orang tua. Selain itu, penggunaan emotikon tangan menjura memberikan sentuhan personal, seolah-olah ia berharap interaksi ini dapat menyentuh hati para pengikutnya secara langsung.