Situasi fiskal Amerika Serikat (AS) semakin memprihatinkan, menarik perhatian lembaga pemeringkat internasional. Lembaga Moody’s merilis laporan yang mengungkapkan penurunan kesehatan keuangan AS akibat defisit anggaran yang terus meluas. Situasi ini menjadi sorotan ketika utang nasional telah melebihi USD36 triliun dan defisit tahunan mencapai lebih dari USD1,7 triliun. Ini menunjukkan adanya keraguan signifikan tentang kemampuan pemerintah untuk menjaga stabilitas fiskalnya di masa mendatang. Para analis juga mulai khawatir apakah langkah-langkah kebijakan saat ini cukup efektif dalam mengatasi tantangan besar ini.
Langkah-langkah ekonomi yang dicanangkan oleh pemerintah belum mampu sepenuhnya meredam masalah defisit. Meskipun Presiden AS Donald Trump telah memperkenalkan beberapa strategi, seperti tarif perdagangan dan pemotongan pajak untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, dampak jangka panjangnya tetap dipertanyakan. Moody’s menyatakan bahwa pengurangan pajak secara substansial tanpa pengendalian yang serius terhadap pengeluaran negara hanya akan memperparah kondisi keuangan. Pihak oposisi bahkan menyoroti kontradiksi antara rencana pemotongan pajak senilai USD4,5 triliun dengan komitmen untuk melindungi program sosial penting.
Meskipun ada upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi, seperti Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) yang diklaim berhasil menghemat USD115 miliar, angka tersebut masih sangat kecil dibandingkan dengan total pengeluaran wajib negara. Proyeksi Moody’s menunjukkan bahwa jika tidak ada intervensi kebijakan yang kuat, rasio utang terhadap PDB AS dapat melonjak hingga 130% pada tahun 2035. Dengan pembayaran bunga yang diperkirakan akan memakan sekitar 30% dari pendapatan federal, masa depan keuangan AS tampak semakin tidak pasti. Namun, tantangan ini bisa menjadi peluang bagi para pemimpin untuk membangun solusi inovatif dan berkelanjutan demi menjaga stabilitas global serta memberikan harapan bagi generasi mendatang.