Pada tahun 2024, PT Freeport Indonesia mencatatkan laba bersih yang signifikan sebesar US$ 4,1 miliar, meningkat dari pencapaian tahun sebelumnya. Namun, dalam proyeksi ke depan, perusahaan memperkirakan penurunan laba menjadi US$ 3,7 miliar pada tahun 2025 akibat berbagai faktor termasuk force majeure seperti insiden kebakaran fasilitas pengolahan. Pendapatan penjualan serta kontribusi negara melalui pajak dan dividen juga menjadi sorotan utama dalam rapat dengan Komisi VI DPR RI.
Dalam suasana formal di Jakarta pada Kamis (13/3/2025), Direktur Utama PT Freeport Indonesia, Tony Wenas, mengungkapkan hasil luar biasa perusahaan selama tahun 2024. Dalam periode tersebut, perusahaan berhasil membukukan pendapatan penjualan mencapai US$ 11,4 miliar, didukung oleh produksi emas sebanyak 56 ton dan tembaga sekitar 1,8 juta ounces. Meskipun demikian, proyeksi untuk tahun 2025 menunjukkan penurunan hingga US$ 3,7 miliar sebagai dampak dari insiden kebakaran fasilitas smelter yang telah dinyatakan sebagai force majeure oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Kontribusi Freeport terhadap penerimaan negara sangat signifikan. Pada tahun 2024, total kontribusinya mencapai US$ 4,7 miliar, meliputi pajak senilai US$ 1,8 miliar, dividen sebesar US$ 1,4 miliar kepada MIND ID, serta PNBP sebesar US$ 1,5 miliar. Selain itu, aset perusahaan mencapai US$ 26,6 miliar dengan ekuitas sebesar Rp 16,8 miliar. Harga komoditas seperti tembaga dan emas turut memengaruhi performa perusahaan, dengan harga tembaga saat ini mencapai US$ 4,5 per pound dan emas mencapai US$ 2.900 per ounce.
Di tengah tantangan, perusahaan tetap optimistis untuk menjaga stabilitas operasionalnya. Rapat dengan Komisi VI DPR RI menjadi ajang diskusi penting guna meninjau rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) untuk tahun-tahun mendatang.
Berita ini memberikan pelajaran penting bagi pembaca tentang pentingnya mitigasi risiko dalam industri tambang. Insiden force majeure seperti kebakaran fasilitas pengolahan menunjukkan betapa rawannya operasi besar-besaran jika tidak dilakukan manajemen risiko yang tepat. Selain itu, kontribusi signifikan Freeport terhadap perekonomian nasional menjadi bukti bahwa perusahaan asing dapat memberikan nilai positif bagi negara, meskipun tetap perlu pengawasan ketat agar keuntungan berbagi secara adil.