Kebijakan perdagangan internasional selalu menjadi sorotan, terutama ketika negara besar seperti Amerika Serikat (AS) menaikkan tarif pajak impor. Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla, berpendapat bahwa langkah Donald Trump tersebut tidak memberikan dampak signifikan pada industri dalam negeri. Menurutnya, kenaikan ini lebih dirasakan oleh konsumen di AS. Di sisi lain, meskipun Indonesia mengalami beberapa pengaruh dari kebijakan tersebut, efeknya tetap jauh lebih kecil dibandingkan mitra dagang utama AS lainnya.
Industri nasional memiliki fondasi yang cukup kuat untuk menghadapi tantangan global. Nilai ekspor produk-produk seperti sepatu dari Indonesia ke AS hanya mencapai USD26,31 miliar atau sekitar 10% dari total perdagangan pada tahun 2024. Dengan angka tersebut, Jusuf Kalla optimistis bahwa peningkatan tarif resiprokal tidak akan membawa kerugian besar bagi perekonomian Tanah Air. Contohnya adalah harga sepatu yang diekspor dengan biaya dasar USD15 hingga USD20, namun dijual di pasar AS dengan harga USD50 hingga USD70. Artinya, beban tambahan akibat kenaikan tarif hanya sedikit mempengaruhi harga akhir produk.
Pembahasan mengenai potensi inflasi atau pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat kenaikan tarif impor ternyata tidak sepenuhnya valid. Faktanya, kenaikan harga akhir produk di pasar AS tidak mencapai tingkat yang sama dengan persentase kenaikan tarif. Misalnya, jika tarif naik sebesar 32%, dampak langsungnya hanya sekitar 10% dari harga jual ritel. Oleh karena itu, konsumen AS yang awalnya membeli sepatu seharga USD60 mungkin hanya akan menghadapi kenaikan harga sekitar USD5 hingga USD6. Hal ini menunjukkan bahwa efek riil dari kebijakan ini tidak seserius yang dikhawatirkan banyak pihak.
Dalam konteks global yang dinamis, penting bagi setiap negara untuk memperkuat daya tahan ekonominya. Meskipun adanya ketegangan perdagangan antarnegara, Indonesia telah membuktikan bahwa ia mampu menjaga stabilitas ekonomi melalui strategi yang tepat. Keberanian untuk menghadapi tantangan dan fleksibilitas dalam merespons perubahan kebijakan perdagangan global menjadi kunci kesuksesan. Dengan demikian, Indonesia dapat terus maju sebagai pemain yang kompetitif di panggung internasional.