Pada tahun 2024, Perusahaan Umum Perhutani mencatatkan penurunan laba sebesar 40% berdasarkan laporan unaudited. Menurut data yang disajikan dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Badan Akuntabilitas Keuangan Negara DPR RI, laba bersih perusahaan ini tercatat sebesar Rp301 miliar. Ini menandakan penurunan signifikan dibandingkan dengan laba sebelumnya sebesar Rp502 miliar. Penurunan ini juga diikuti oleh penghasilan yang turun dari Rp4,7 triliun menjadi Rp4,6 triliun. Direktur Utama Wahyu Kuncoro menjelaskan bahwa faktor ekonomi global telah mempengaruhi kinerja industri kayu dan produk getah yang menjadi fokus utama perusahaan.
Kondisi makroekonomi global yang tidak stabil telah memberikan dampak langsung pada kinerja Perum Perhutani. Menurut Wahyu Kuncoro, konsumen utama perusahaan mengalami perlambatan yang signifikan akibat kondisi global. Industri pemroses kayu dan pembeli produk getah merasakan tekanan ekonomi yang berdampak pada permintaan mereka. Hal ini menyebabkan penurunan pendapatan dan laba perusahaan. Meskipun aset Perhutani meningkat secara year on year (yoy) menjadi Rp18.771 triliun, aset tersebut tetap dianggap kecil karena mayoritas berupa pohon dan tidak memiliki hak publik atas lahan.
Berbagai tantangan yang dihadapi Perhutani tidak hanya terbatas pada aspek finansial. Perusahaan juga harus berhadapan dengan batasan hukum terkait penggunaan kawasan hutan. Wahyu menjelaskan bahwa masyarakat yang ingin menggunakan kawasan hutan milik Perhutani harus mendapatkan rekomendasi teknis yang kemudian disetujui oleh Kementerian Perhutanan. Situasi ini menambah kompleksitas dalam operasional perusahaan.
Menghadapi tantangan ini, Perhutani telah menetapkan target pertumbuhan pendapatan sebesar 9,9% untuk tahun 2025, yang diperkirakan mencapai Rp5,06 triliun. Lebih jauh lagi, perusahaan menargetkan laba sebesar Rp6,5 miliar pada tahun 2029. Langkah-langkah strategis ini bertujuan untuk memulihkan kinerja dan memperkuat posisi Perhutani di pasar nasional maupun internasional.
Dengan target-target baru yang ditetapkan, Perhutani berharap dapat mengatasi tantangan ekonomi global dan meningkatkan kinerjanya. Strategi ini mencakup peningkatan efisiensi operasional serta diversifikasi produk untuk memenuhi permintaan pasar yang berubah. Dengan demikian, Perhutani optimistis dapat kembali mencapai kinerja yang lebih baik di masa mendatang.