Seorang tokoh militer legendaris Indonesia, Try Sutrisno, kembali menjadi sorotan publik akibat dukungannya terhadap inisiatif pergantian Wakil Presiden. Mantan Panglima TNI ini dikenal sebagai sosok berpengalaman dalam bidang pertahanan dan politik nasional. Dalam beberapa dekade terakhir, nama besar tersebut muncul kembali di tengah perbincangan mengenai tuntutan Forum Purnawirawan Prajurit TNI untuk melakukan reformasi kepemimpinan. Selain Try Sutrisno, sejumlah jenderal purnawirawan lainnya juga turut mendukung gerakan ini.

Kiprah Try Sutrisno dalam dunia militer tidak diragukan lagi. Sejak awal karier militer pada tahun 1950-an, ia telah menunjukkan keberanian dan dedikasi yang luar biasa. Awal mula petualangannya dimulai ketika ia bergabung dengan Akademi Teknik Angkatan Darat pada tahun 1956. Setelah lulus, ia dilantik sebagai perwira muda dengan pangkat Letnan Dua Corps Zeni. Di era tersebut, ia juga ikut serta dalam operasi militer melawan Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera pada tahun 1957. Prestasinya semakin mencuat saat ia dipercaya menjabat sebagai Ajudan Presiden Soeharto pada periode 1974-1978. Kemudian, ia diangkat ke posisi strategis lainnya seperti Komandan Kodam XVI/Udayana dan Pangdam IV/Sriwijaya.

Momen penting dalam karier Try Sutrisno adalah penunjukannya sebagai Panglima TNI dari tahun 1988 hingga 1993. Setelah itu, ia naik pangkat lebih tinggi dengan menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia pada masa pemerintahan Soeharto antara tahun 1993 hingga 1998. Kini, meskipun sudah pensiun, kontribusi dan pandangannya masih tetap relevan dalam pembahasan politik nasional. Keputusannya untuk mendukung usulan pergantian Wakil Presiden mencerminkan nilai-nilai kepemimpinan yang bertanggung jawab dan komitmennya terhadap kemajuan bangsa. Dengan sikap progresif tersebut, Try Sutrisno menegaskan bahwa pengalaman masa lalu dapat memberikan solusi bagi tantangan masa depan.