Berita
Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Ketidakpastian Global
2025-04-24

Kebijakan tarif impor yang diberlakukan Amerika Serikat (AS) telah memicu gelombang ketidakpastian global. Hal ini mendorong para investor untuk mengalihkan investasi mereka ke aset yang dianggap lebih aman. Kondisi ini juga berdampak pada Indonesia, dengan terjadinya aliran modal keluar dari negara berkembang. Meski demikian, Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga melalui serangkaian intervensi strategis. Selain itu, BI optimistis bahwa fundamental ekonomi domestik tetap kuat meskipun adanya tekanan eksternal.

Gelombang Ketidakpastian dan Dampaknya pada Arus Modal

Meningkatnya ketidakpastian global akibat kebijakan AS telah menyebabkan perubahan perilaku investor internasional. Indeks ketidakpastian ekonomi dan perdagangan mencatat lonjakan signifikan, bahkan melebihi level awal pandemi. Situasi ini mendorong arus modal keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Sejak pengumuman kebijakan tersebut hingga pertengahan April, terjadi penurunan portofolio sekitar USD2,8 miliar.

Peningkatan risk premium di kalangan investor global menjadi faktor utama dalam pergeseran portofolio. Investor cenderung memilih aset yang dianggap lebih aman seperti obligasi pemerintah Eropa, Jepang, serta emas. Menariknya, aliran modal keluar ini tidak disebabkan oleh perbedaan yield antar negara, melainkan karena naiknya risk appetite terhadap aset-aset tersebut. Situasi ini menunjukkan betapa besar pengaruh ketidakpastian global terhadap dinamika pasar keuangan dunia.

Intervensi Strategis BI untuk Stabilisasi Rupiah

Di tengah tekanan global, Bank Indonesia (BI) mengambil langkah-langkah cepat dan tegas untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Melalui intervensi di pasar luar negeri maupun domestik, BI berhasil meredam gejolak rupiah yang sempat mencapai Rp17.400 di pasar offshore selama libur Lebaran. Intervensi dilakukan secara 24 jam di berbagai zona waktu, mulai dari Asia hingga New York.

Situasi tersebut membuktikan komitmen BI dalam menjaga stabilitas sistem keuangan nasional. Hasilnya, nilai tukar rupiah kembali menguat ke posisi Rp16.865 pada pembukaan pasar setelah libur panjang. Saat ini, rupiah relatif stabil di sekitar Rp16.800. Keberhasilan ini didukung oleh imbal hasil aset domestik yang kompetitif, inflasi yang terkendali, serta prospek positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. BI optimistis bahwa kondisi ini akan berlanjut, seiring dengan implementasi kebijakan yang kuat dan terkoordinasi guna melindungi perekonomian nasional dari dampak eksternal. Langkah-langkah ini menunjukkan kemampuan BI dalam menghadapi tantangan global tanpa mengorbankan stabilitas domestik.

More Stories
see more