Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, memperkenalkan gagasan inovatif untuk mengubah sistem pendidikan di provinsinya. Salah satu perubahan utamanya adalah penghapusan pekerjaan rumah (PR) bagi siswa sekolah dasar. Menurutnya, belajar seharusnya diselesaikan sepenuhnya di lingkungan sekolah tanpa harus membawa beban pulang ke rumah. PR yang diberikan oleh sekolah justru bertentangan dengan prinsip dasar pendidikan karena tidak melibatkan tanggung jawab nyata terhadap pekerjaan rumah tangga. Sebagai gantinya, anak-anak didorong untuk membantu orang tua dalam aktivitas rumah seperti membersihkan kamar, mencuci pakaian, atau merawat hewan peliharaan.
Pengurangan beban mata pelajaran menjadi fokus selanjutnya dari rencana ini. Gubernur berencana melakukan diskusi dengan Kementerian Pendidikan Nasional untuk menyederhanakan kurikulum di tingkat sekolah dasar. Ia menekankan bahwa pembelajaran dasar hanya perlu mencakup kemampuan membaca, menulis, dan berhitung secara manual. Penggunaan teknologi digital dalam proses pembelajaran di tahap awal ini dihindari demi mengoptimalkan perkembangan fisik dan mental anak. Melalui metode pembelajaran manual, anak-anak dapat melatih ketahanan fisik serta meningkatkan daya tahan otak mereka dalam menghadapi tantangan akademik.
Penerapan konsep ini bertujuan untuk menciptakan generasi muda yang lebih sehat secara mental dan fisik. Mengurangi beban pelajaran serta memberikan ruang bagi anak-anak untuk belajar keterampilan praktis di rumah akan membantu mereka menjadi individu yang lebih mandiri dan bertanggung jawab. Inisiatif ini juga mencerminkan pentingnya keseimbangan antara pendidikan formal dan nilai-nilai kehidupan sehari-hari. Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan sistem pendidikan di Jawa Barat dapat menjadi model bagi daerah lain di Indonesia untuk membangun fondasi pendidikan yang lebih baik bagi masa depan bangsa.