Peristiwa langka akan terjadi pada tahun 2030, ketika umat Muslim di seluruh dunia akan menjalani dua kali bulan suci Ramadan dalam satu tahun Masehi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sistem penghitungan waktu antara kalender lunar dan Gregorian. Dalam satu siklus tahunan, Ramadan pertama diperkirakan jatuh pada awal Januari, sedangkan yang kedua berlangsung mendekati akhir Desember.
Kalender Hijriah, yang mengikuti pola gerakan bulan, memiliki durasi sekitar 10 hingga 12 hari lebih pendek dibandingkan dengan kalender Gregorian yang digunakan secara global. Oleh karena itu, setiap tahunnya, Ramadan bergeser ke arah yang lebih awal. Akibat dari pergeseran tersebut, pada tahun-tahun tertentu seperti 2030, Ramadan dapat terjadi dua kali dalam satu tahun. Namun, meskipun ada dua kali Ramadan, Hari Raya Idul Fitri hanya dirayakan sekali, yakni pada bulan Februari 2030.
Fenomena unik ini bukanlah hal baru bagi masyarakat dunia Islam. Sebelumnya, peristiwa serupa telah terjadi pada tahun 1997, ketika dua kali Ramadan juga dirayakan dalam satu tahun. Selain itu, fenomena ini diperkirakan akan kembali terulang pada tahun 2063. Melalui pemahaman yang lebih dalam tentang dinamika waktu dan pergerakan bulan, kita dapat melihat betapa menakjubkannya hubungan antara astronomi dan tradisi keagamaan. Fenomena ini mengingatkan kita akan pentingnya harmoni antara alam semesta dan nilai-nilai spiritualitas manusia.