Perbedaan durasi puasa di berbagai negara mencerminkan variasi dalam siklus siang dan malam. Negara-negara yang terletak di belahan bumi utara, seperti Finlandia dan Kanada, mengalami waktu siang yang lebih panjang, sehingga umat Muslim di sana menjalankan ibadah puasa dengan durasi yang lebih lama. Di wilayah-wilayah ini, fenomena matahari tengah malam memperpanjang waktu siang hingga 17-18 jam per hari.
Kondisi geografis yang unik juga mempengaruhi jadwal ibadah di beberapa daerah. Misalnya, di kota Murmansk yang dekat dengan Kutub Utara, umat Muslim hanya berpuasa selama satu jam pada bulan Desember karena adanya fenomena malam kutub. Sebaliknya, di negara-negara di belahan bumi selatan seperti Afrika Selatan dan Chile, durasi puasa lebih singkat, sekitar 11-13 jam per hari. Perbedaan ini menunjukkan bagaimana alam semesta membentuk ritme kehidupan spiritual.
Pemahaman tentang keragaman durasi puasa di berbagai penjuru dunia mengajarkan kita untuk menghargai perbedaan dan saling mendukung. Fenomena ini bukan hanya soal waktu, tetapi juga mengingatkan kita akan kebesaran ciptaan Tuhan yang memungkinkan manusia untuk tetap menjalankan ibadah meski dalam kondisi yang berbeda-beda. Dengan demikian, setiap individu dapat merasakan kebersamaan dan persaudaraan melalui pengalaman beribadah yang sama, meski durasinya berbeda.