Di Indonesia, kanker kolorektal telah menjadi penyakit yang semakin mengkhawatirkan. Berdasarkan data terbaru dari International Agency for Research on Cancer (IARC), kanker ini menempati posisi ketiga dengan jumlah kasus tertinggi. Pada tahun 2022, tercatat sekitar 26 ribu orang didiagnosis dengan kondisi ini, hanya berjarak tipis dengan kanker serviks dan jauh di belakang kanker payudara. Dari total kasus tersebut, sekitar 1.400 penderitanya berusia di bawah 40 tahun, dengan mayoritas berada dalam rentang usia 30 hingga 39 tahun. Para ahli khawatir bahwa angka ini akan terus meningkat jika tidak ada perubahan signifikan dalam gaya hidup masyarakat.
Selama beberapa dekade terakhir, peningkatan jumlah kasus kanker kolorektal di Indonesia telah mencapai tingkat yang memprihatinkan. Prof Ari Fahrial Syam, seorang profesor dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menyatakan bahwa banyak pasien baru datang untuk mendapatkan perawatan saat mereka sudah berada pada tahap lanjut penyakit. Ini menunjukkan adanya kekurangan dalam deteksi dini dan skrining massal, yang merupakan faktor penting dalam pengendalian penyakit ini. Tanpa intervensi cepat, peluang kesembuhan menjadi sangat rendah.
Meskipun pemerintah telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kesadaran publik tentang kanker kolorektal, masih ada celah besar dalam upaya deteksi dini. Prof Ari menjelaskan bahwa gejala-gejala seperti tinja berdarah, kesulitan buang air besar, dan muntah sering kali baru muncul ketika tumor sudah berkembang cukup besar. Ini membuat diagnosis lebih sulit dan penanganan lebih rumit. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang lebih proaktif dalam edukasi dan pemeriksaan rutin.
Prediksi masa depan tampak suram jika pola hidup masyarakat tidak berubah. IARC memperkirakan bahwa dalam lima tahun ke depan, jumlah kasus kanker kolorektal di kalangan generasi muda dapat meningkat empat kali lipat. Gaya hidup sedentary, konsumsi tinggi daging merah, dan kurangnya asupan serat menjadi faktor utama yang mempengaruhi risiko ini. Oleh karena itu, perlu ada kampanye yang kuat untuk mendorong perubahan perilaku dan pola makan yang lebih sehat.
Perjuangan melawan kanker kolorektal memerlukan kerjasama antara pihak medis, pemerintah, dan masyarakat. Upaya deteksi dini serta peningkatan kesadaran akan pentingnya gaya hidup sehat menjadi kunci dalam mengurangi beban penyakit ini. Dengan demikian, harapan untuk menurunkan angka insiden dan meningkatkan peluang kesembuhan bisa menjadi kenyataan.