Gaya Hidup
Generasi Z di Tiongkok Mengadopsi Gaya Hidup "Manusia Tikus" Sebagai Bentuk Protes
2025-06-13

Pada era yang semakin menuntut produktivitas tinggi, fenomena unik muncul di kalangan Generasi Z di Tiongkok. Seiring dengan meningkatnya angka pengangguran, sebagian besar dari mereka memilih untuk mengisolasi diri dan menjalani kehidupan minimalis yang mereka sebut sebagai "manusia tikus". Alih-alih mencari pekerjaan baru atau berusaha keras dalam kompetisi pasar kerja, mereka lebih suka menghabiskan waktu di tempat tidur, sambil bermain ponsel, memesan makanan secara online, dan hampir tidak meninggalkan kamar. Fenomena ini menjadi simbol protes terhadap tekanan sosial dan ekonomi serta budaya kerja yang melelahkan.

Gaya hidup "manusia tikus" merefleksikan ketidakpuasan terhadap harapan sosial yang memberatkan. Banyak dari mereka yang merasa lelah akibat sistem kerja keras yang telah lama dianut di Tiongkok, seperti budaya kerja '996'. Melalui platform media sosial populer seperti Weibo, RedNote, dan Douyin, para pelaku gaya hidup ini berbagi cerita dan video rutinitas mereka, yang justru mendapat perhatian luas. Salah satu contohnya adalah @jiawensishi, seorang pengguna Douyin yang viral karena menunjukkan bagaimana ia bisa hidup tanpa meninggalkan rumah selama seminggu penuh.

Fenomena ini bukan hal baru bagi Tiongkok. Pada tahun 2021, gerakan "tang ping" atau rebahan juga muncul sebagai bentuk penolakan terhadap tuntutan kerja yang berlebihan. Kini, julukan "manusia tikus" semakin melambangkan sikap menarik diri dari perlombaan karier yang melelahkan. Advita Patel, seorang pelatih karier, menyatakan bahwa fenomena ini lebih dari sekadar malas-malasan; ini adalah respons terhadap kebingungan arah hidup dan upaya untuk menjaga kesehatan mental.

Bukan hanya Tiongkok yang menghadapi tantangan serupa. Di Amerika Serikat dan Eropa, banyak anak muda juga memilih jalur NEET (Not in Employment, Education or Training) secara sukarela atau menerapkan konsep "quiet quitting". Data menunjukkan bahwa lebih dari 4 juta Generasi Z di AS saat ini menganggur, sementara di Tiongkok, satu dari enam pemuda tidak memiliki pekerjaan. Meskipun demikian, ahli psikologi menekankan pentingnya menjadikan masa istirahat ini sebagai kesempatan untuk introspeksi dan eksplorasi minat baru.

Eloise Skinner, seorang psikoterapis, mengingatkan bahwa meskipun mengambil jeda dari dunia kerja dapat membawa ketenangan sementara, dalam jangka panjang hal itu bisa berdampak buruk pada kondisi mental dan peluang karier. Ia menyarankan agar masa jeda digunakan untuk menemukan kembali semangat hidup dan tujuan personal. Leona Burton, pendiri Mums in Business International, menambahkan bahwa langkah-langkah kecil, seperti melamar pekerjaan paruh waktu atau melakukan aktivitas fisik tanpa ponsel, bisa sangat bermanfaat.

Kehidupan modern yang serba cepat kadang-kadang membuat kita lupa tentang pentingnya refleksi diri. Pesan yang disampaikan oleh para ahli adalah bahwa meskipun istirahat dan rehat adalah hal yang wajar, tetap ada kebutuhan untuk kembali ke dunia nyata dengan cara yang positif dan bertahap. Dengan langkah-langkah kecil namun konsisten, setiap individu dapat menemukan kembali arah hidup mereka tanpa merasa tertinggal atau sendirian.

more stories
See more