Pasar
Industri Perbankan Indonesia Menghadapi Tantangan Berat di Tahun 2024
2025-02-16

Situasi industri perbankan di Indonesia pada tahun 2024 mengalami berbagai tantangan yang signifikan. Persaingan sengit antara bank-bank besar dan pemerintah dalam merebut likuiditas telah menekan kinerja sektor ini. Bank-bank skala kecil dan menengah menjadi korban utama dari situasi ini, dengan beban bunga yang melonjak tinggi dan efisiensi kerja yang tergerus.

Banyak bank pelat merah dan regional mengalami penurunan laba serta pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang lambat. Misalnya, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. mencatatkan penurunan laba hingga 14,1% secara tahunan, disertai kenaikan beban bunga sebesar 22%. Efisiensi kerja juga menurun, tercermin dari rasio BOPO yang membengkak menjadi 88,70%. Sementara itu, PT Bank Pembangunan Daerah Jakarta (Bank DKI) mengalami penurunan laba hingga 23,62%, dengan DPK hanya tumbuh 0,71%.

Kondisi serupa juga dirasakan oleh bank-bank lain seperti PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (Bank Sumut) dan PT Bank Capital Tbk., meskipun beberapa bank berukuran menengah berhasil mencetak pertumbuhan double digit pada bottom line dan pendanaan. Namun, hal ini harus dikorbankan dengan efisiensi kerja yang menurun. Misalnya, PT Bank OCBC NISP Tbk. mencatatkan laba naik 18,9%, tetapi beban bunga meningkat 16,68%. Pengamat perbankan Paul Sutaryono menjelaskan bahwa persaingan ketat dalam menghimpun dana masyarakat melalui surat utang atau obligasi pemerintah telah membuat biaya pendanaan bank menjadi mahal.

Persaingan sengit antara bank dan pemerintah dalam merebut likuiditas menunjukkan pentingnya adaptasi dan inovasi dalam menghadapi tantangan ekonomi. Meskipun situasi saat ini cukup sulit, langkah-langkah strategis seperti pengembangan pendapatan non-operasional dapat membantu memperkuat posisi bank-bank Indonesia. Dengan demikian, industri perbankan dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional.

more stories
See more