Berita
Kekerasan Dinasti Mataram: Konflik Keluarga yang Berujung Tragedi Massal
2025-05-07

Pada masa pemerintahan Sultan Amangkurat I di kerajaan Mataram Islam, konflik internal keluarga keraton meninggalkan bekas luka mendalam dalam sejarah. Perseteruan antara Sultan Amangkurat I dan saudaranya, Pangeran Alit, berakhir dengan pembunuhan massal yang melibatkan rakyat biasa sebagai korban. Kekerasan ini dilatarbelakangi oleh dendam terhadap pihak-pihak yang mendukung Pangeran Alit, yang awalnya dijadwalkan untuk naik takhta. Selama periode tersebut, Sultan Amangkurat I menunjukkan sikap otoriter dan kejam dengan menghukum mereka yang dianggap bertanggung jawab atas kematian saudaranya.

Gelora Kekuasaan di Istana Mataram

Di tengah hembusan angin sejarah abad ke-17, sebuah tragedi besar terjadi di istana Mataram. Pada tahun 1656, setelah pendirian kekuasaannya, Sultan Amangkurat I melakukan serangkaian tindakan keras terhadap para pejabat tua dan tokoh ulama yang diduga terlibat dalam intrik politik. Dalam suasana tegang, sang sultan menyuruh empat orang terpercayanya membawa beberapa individu yang dicurigai merencanakan pengangkatan Pangeran Alit sebagai raja. Tindakan ini berujung pada eksekusi brutal terhadap tujuh atau delapan pembesar istana beserta keluarganya.

Saat itu, Sultan Amangkurat I dikenal sebagai pemimpin yang cenderung menyimpan dendam akibat konflik masa lalu. Dalam buku "Disintegrasi Mataram: Di Bawah Mangkurat I" oleh HJ De Graaf, disebutkan bahwa sultan menyalahkan para ulama sebagai penyebab kematian adiknya. Dia juga diam selama satu jam penuh di hadapan para pejabat istana, menciptakan atmosfer ketegangan yang luar biasa. Keputusan keras ini dilaporkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Van Goens, yang mengamati pola kepemimpinan yang memprioritaskan regenerasi muda dengan mengorbankan para pejabat senior.

Setelah fase pertama yang dipenuhi kekerasan, masa pemerintahan Sultan Amangkurat I perlahan mulai menunjukkan sisi lain yang lebih stabil. Namun, jejak darah dari pergolakan internal tetap menjadi bagian dari cerita tragis kerajaan Mataram.

Dari perspektif seorang jurnalis modern, kisah ini memberikan pelajaran penting tentang bahaya ambisi kekuasaan tanpa batas. Pergolakan internal di istana Mataram menunjukkan betapa mudahnya konflik keluarga berkembang menjadi bencana sosial jika tidak ditangani dengan bijaksana. Sebagai pembaca, kita diajak untuk merefleksikan nilai-nilai toleransi, komunikasi terbuka, serta pengendalian diri dalam menghadapi perbedaan pandangan. Ini adalah keseimbangan yang sulit namun esensial dalam menjaga stabilitas sosial dan politik di setiap era.

more stories
See more