Pada tahun 2025, laporan Global Gender Gap Report yang diterbitkan oleh World Economic Forum (WEF) menyoroti penurunan jumlah perempuan yang berhasil menduduki posisi kepemimpinan senior di tingkat global. Dalam analisis yang mencakup 148 negara, terungkap bahwa meskipun perempuan membentuk 41,2% dari tenaga kerja global, hanya sekitar 28,8% yang berhasil meraih jabatan manajerial tingkat atas. Meski ada peningkatan kecil dalam dekade terakhir, tren ini mengalami perlambatan signifikan. WEF juga mencatat pentingnya jalur karier non-linear bagi perempuan dan dampak positifnya pada ekonomi berbasis AI.
Dalam sebuah studi global yang mencakup hampir seluruh wilayah dunia, tercatat bahwa persentase perempuan di posisi kepemimpinan senior telah menurun secara bertahap selama tiga tahun terakhir. Di musim semi tahun 2025, WEF melaporkan bahwa di antara total tenaga kerja global, perempuan masih kurang terwakili di posisi strategis, dengan hanya 28,8% yang berhasil mencapai level manajemen tinggi. Angka ini jauh dari target kesetaraan gender yang diharapkan.
Studi tersebut juga menyoroti Islandia sebagai pemimpin dalam hal kesetaraan gender, dengan mencatat penutupan 92,6% kesenjangan gender. Negara-negara seperti Finlandia, Norwegia, Inggris, dan Selandia Baru juga menunjukkan kemajuan signifikan. Namun, secara global, proyeksi mencatat bahwa kesetaraan penuh baru akan tercapai dalam waktu 123 tahun mendatang jika tren saat ini tetap berlanjut.
Terkait pengembangan ekonomi digital, Managing Director di WEF, Saadia Zahidi, menekankan pentingnya memperkecil kesenjangan gender untuk membangun fondasi ekonomi yang lebih kuat dan inovatif. Data dari LinkedIn menunjukkan bahwa perempuan memiliki potensi besar dalam menghadapi transformasi digital, terutama di era kecerdasan buatan (AI).
Berdasarkan temuan tersebut, perempuan cenderung memiliki jalur karier yang lebih bervariasi dan fleksibel, yang dapat meningkatkan keterampilan mereka dalam lingkungan bisnis modern. Hal ini sangat relevan di tengah perubahan ekonomi global yang semakin bergantung pada teknologi canggih.
Sebagai jurnalis, laporan ini memberikan gambaran tentang tantangan yang harus dihadapi dalam mewujudkan kesetaraan gender di tempat kerja. Penting bagi organisasi dan negara untuk lebih fokus pada peluang pembangunan keterampilan bagi perempuan serta memastikan bahwa sistem promosi tidak lagi didasarkan pada bias tradisional. Melalui pendekatan yang inklusif, kita bisa mempercepat pencapaian kesetaraan gender dan mempersiapkan generasi masa depan untuk sukses di era digital yang semakin kompetitif.