Situasi krisis medis di Jalur Gaza semakin memburuk akibat serangan militer Israel yang berkelanjutan. Pada bulan Januari 2025, dunia terpaku pada kondisi seorang anak kecil bernama Jihad Mahmoud, yang harus menghadapi kesulitan hidup setelah kehilangan salah satu kakinya dan tiga jarinya dalam sebuah serangan. Kejadian ini mencerminkan dampak buruk dari ketegangan yang melanda wilayah tersebut. Menurut Dr. Munir Al-Bursh, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, pasokan medis penting saat ini hanya tersedia bagi 20% pasien saja. Krisis ini telah menyebabkan penurunan drastis layanan kesehatan, meningkatkan risiko kematian akibat kurangnya perawatan.
Sejak awal tahun 2025, Jalur Gaza telah menjadi saksi atas ribuan kasus amputasi akibat konflik. Data resmi menunjukkan bahwa lebih dari 4.500 orang telah menjalani amputasi, termasuk ratusan anak-anak dan wanita. Israel secara berkala menargetkan fasilitas medis, menghambat distribusi obat-obatan, serta mencegah bantuan internasional masuk ke wilayah tersebut. Hal ini memperparah situasi darurat yang sudah lama berkepanjangan.
Pada malam hari tanggal 18 Maret 2025, Israel kembali melakukan agresi militer terhadap warga Gaza. Serangan ini mengakhiri dua bulan gencatan senjata yang dipermudah oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat. Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa serangan brutal tersebut menewaskan lebih dari 700 warga sipil. Rumah sakit dan unit gawat darurat di seluruh wilayah langsung kewalahan dengan jumlah korban yang terus bertambah.
Penyerangan tersebut juga menghancurkan infrastruktur medis yang sudah rapuh. Fasilitas kesehatan tidak hanya menghadapi tantangan logistik tetapi juga kekurangan tenaga ahli untuk menangani kasus-kasus yang kompleks. Selain itu, akses warga ke perawatan medis sangat dibatasi karena kontrol ketat Israel terhadap jalur masuk barang-barang esensial.
Banyak pihak internasional telah mengecam tindakan Israel sebagai pelanggaran hak asasi manusia. Namun, hingga saat ini, belum ada solusi konkret yang ditemukan untuk menghentikan siklus kekerasan ini. Situasi ini menunjukkan urgensi mendesak untuk memberikan dukungan nyata kepada masyarakat Gaza, baik dalam bentuk bantuan medis maupun diplomasi global guna meredakan ketegangan.
Dampak dari serangan militer Israel terhadap Jalur Gaza tidak hanya dirasakan oleh para korban, tetapi juga oleh sistem kesehatan yang hampir runtuh. Dengan jumlah korban terus meningkat, komunitas internasional diharapkan dapat mengambil langkah-langkah strategis untuk membantu membangun kembali infrastruktur medis dan memastikan perlindungan bagi warga sipil.