Pemain legendaris sepak bola, Eric Cantona, menyoroti pandangannya tentang perubahan besar yang terjadi dalam beberapa klub sepak bola ternama. Ia merasa bahwa upaya modernisasi stadion ikonik dapat menghilangkan jiwa sejarah dari klub tersebut. Menurut Cantona, stadion bukan hanya tempat pertandingan, tetapi juga simbol hubungan emosional antara penggemar dan klub.
Cantona menyebut Arsenal sebagai contoh nyata dari hilangnya identitas setelah meninggalkan Highbury menuju Emirates Stadium. Selain itu, ia membandingkan situasi ini dengan klub-klub lain seperti Liverpool dan Manchester United, yang memiliki ikatan kuat dengan Anfield serta Old Trafford. Pandangan ini mencerminkan pentingnya keberlanjutan nilai historis dalam perkembangan klub masa kini.
Dalam era transformasi stadion sepak bola, Eric Cantona menyoroti bagaimana perubahan fisik bisa berdampak besar pada jiwa sebuah klub. Baginya, stadion adalah representasi dari sejarah dan emosi kolektif para pendukung. Ketika klub memutuskan untuk meninggalkan stadion tua demi stadion baru yang lebih modern, hal ini bisa saja melemahkan ikatan emosional antara klub dan penggemarnya.
Menggunakan Arsenal sebagai contoh, Cantona menunjukkan bagaimana pindah dari Highbury ke Emirates Stadium telah mengubah dinamika hubungan antara klub dan pendukungnya. Meskipun stadion baru mungkin menawarkan fasilitas yang lebih baik, ia merasa bahwa stadion lama memiliki energi unik yang sulit digantikan oleh struktur modern. Hal ini membuat dia yakin bahwa banyak penggemar Arsenal merindukan suasana magis yang dulu ada di Highbury. Kehilangan stadion ikonik tidak hanya soal arsitektur, tetapi juga soal identitas dan warisan budaya yang tak ternilai harganya.
Selain isu stadion, Cantona juga mengecam cara manajemen klub lebih fokus pada aspek ekonomi daripada tradisi dan nilai-nilai historis. Ia merasa bahwa strategi bisnis sering kali melupakan elemen emosional yang penting bagi para penggemar. Cantona menegaskan bahwa stadion seperti Anfield atau Old Trafford tidak hanya menjadi tempat pertandingan, tetapi juga lambang cinta dan loyalitas penggemar terhadap klub mereka.
Ia menyayangkan sikap manajemen yang tampaknya lebih tertarik pada pertimbangan finansial dibandingkan dengan mempertahankan nilai-nilai sejarah. Cantona percaya bahwa prioritas semacam ini dapat merusak esensi sepak bola itu sendiri. Menurutnya, meskipun impian untuk menjaga stadion ikonik mungkin tampak idealistik, hal ini sangatlah penting untuk mempertahankan jati diri klub. Ia berharap agar klub-klub besar bisa menemukan keseimbangan antara kemajuan teknologi dan penghormatan terhadap akar budaya mereka.