Seorang pelatih poligami bernama Hafsa Rizqi tengah menarik perhatian luas di Timur Tengah. Wanita berusia 31 tahun ini, yang juga seorang istri kedua, telah membagikan pengalamannya dalam membantu para wanita menghadapi tantangan emosional dan sosial dalam perkawinan poligami. Melalui metode pelatihan yang ia kembangkan, Hafsa bertujuan untuk menciptakan rumah tangga yang harmonis dan penuh cinta. Ia menjelaskan bahwa pelatihan ini tidak hanya ditujukan kepada para istri tetapi juga kepada suami, dengan memberikan panduan tentang bagaimana membangun kehidupan keluarga yang stabil.
Hafsa Rizqi, yang diklaim sebagai pelatih pertama di dunia Arab, memiliki fokus pada pemberdayaan wanita melalui pendidikan emosional. Dengan kursus-kursus yang ia tawarkan, ia berusaha membantu para wanita melepaskan rasa sakit hati yang sering kali muncul akibat dinamika kompleks dalam poligami. Banyak dari kliennya adalah istri kedua, yang kerap menghadapi tekanan karena waktu dan perhatian suami mereka terbagi dengan istri pertama. Menurutnya, konsep cinta dapat diperluas kepada lebih dari satu orang, asalkan dilakukan dengan adil dan bijaksana. Jadwal pelatihannya selalu penuh, menunjukkan bahwa permintaan akan layanan semacam ini terus meningkat.
Dalam upayanya untuk memberikan solusi yang komprehensif, Hafsa sedang menempuh pendidikan psikologi di sebuah universitas di London. Pengetahuannya ini dipadukan dengan pengalaman pribadi selama enam tahun dalam perkawinan poligami, sehingga menciptakan metode yang efektif bagi para pesertanya. Meskipun pekerjaannya mendapat berbagai respons, mulai dari dukungan hingga kritik, Hafsa tetap berkomitmen untuk membantu mereka yang membutuhkan. Konsep poligami dalam Islam sendiri menggarisbawahi pentingnya keadilan; jika tidak bisa dilakukan secara adil, maka disarankan untuk menikahi satu orang saja. Dengan pendekatan psikologis dan pemahaman agama, Hafsa Rizqi menawarkan jalan baru bagi para wanita untuk menemukan ketenangan dalam kehidupan perkawinannya.
Berkat dedikasi dan inovasi seperti yang dilakukan oleh Hafsa, masyarakat dapat melihat potensi positif dalam menghadapi tantangan besar seperti poligami. Melalui edukasi dan pemahaman mendalam, setiap individu dapat menemukan cara untuk menjaga keseimbangan antara emosi, hubungan, dan nilai-nilai keadilan. Ini adalah langkah maju yang mencerminkan pentingnya dialog terbuka serta pencarian solusi yang holistik dalam mengatasi masalah kompleks.