Pasar
Pelemahan Rupiah di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global
2025-03-06

Pada awal Maret 2025, mata uang rupiah mengalami penurunan nilai terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah ketidakpastian ekonomi global. Penurunan ini menandai akhir dari tren penguatan yang telah berlangsung selama tiga hari berturut-turut. Sementara itu, indeks dolar AS juga mengalami fluktuasi, mencerminkan tanda-tanda perlambatan ekonomi di AS yang dipicu oleh ketidakpastian tarif perdagangan. Situasi ini mempengaruhi pasar keuangan dan menimbulkan spekulasi tentang dampak jangka panjangnya terhadap ekonomi Indonesia.

Pelemahan Mata Uang dalam Konteks Geopolitik dan Ekonomi

Pada Kamis, 5 Maret 2025, di ibukota Jakarta, mata uang rupiah ditutup dengan pelemahan sebesar 0,09% pada angka Rp16.325 per dolar AS. Pergerakan ini terjadi setelah tiga hari berturut-turut menguat. Indeks dolar AS turun 0,25% menjadi 104,02 pada pukul 14:57 WIB, lebih rendah dibandingkan posisi sebelumnya.

Penyebab utama depresiasi ini adalah munculnya tanda-tanda perlambatan pertumbuhan ekonomi AS, sebagian besar disebabkan oleh ketidakpastian terkait tarif perdagangan. Pada Selasa, Presiden AS Donald Trump menyatakan rencana untuk menerapkan tarif timbal balik mulai April, termasuk tarif 25% atas impor dari Meksiko dan Kanada serta pelipatgandaan bea masuk atas barang-barang China menjadi 20%. Negara-negara tersebut cepat merespons dengan tindakan balasan.

Namun, Gedung Putih kemudian merevisi beberapa pengumuman tarif Trump. Produsen mobil dari Kanada dan Meksiko akan mendapat pengecualian dari tarif tinggi 25% selama satu bulan, asalkan mereka mematuhi perjanjian perdagangan bebas yang ada. Ekonom Bank Danamon, Hosianna Situmorang, menjelaskan bahwa situasi ini membawa angin segar bagi mata uang rupiah meskipun masih berada di bawah tekanan.

Dari perspektif pembaca, situasi ini menunjukkan betapa pentingnya stabilitas geopolitik dan kebijakan perdagangan yang transparan bagi kesehatan ekonomi global. Kebijakan tarif yang tidak pasti dapat berdampak langsung pada mata uang negara berkembang seperti Indonesia, menyoroti pentingnya kerjasama internasional dalam menjaga stabilitas ekonomi dunia.

more stories
See more