Dalam sebuah acara kajian ilmiah bertajuk "Alam dan Kita dalam Perspektif Agama dan Sains," dua tokoh nasional, Rocky Gerung dan Ustaz Abdul Somad (UAS), menyoroti pentingnya menjaga alam sebagai bentuk iman, pengetahuan, serta tanggung jawab terhadap peradaban. Acara yang diselenggarakan di Aula Tribata Mapolda Riau ini mengundang berbagai pihak untuk merenungkan hubungan antara manusia dan alam melalui sudut pandang spiritualitas dan sains. Selain kedua pembicara utama, Kapolda Riau Irjen Pol Herry Heryawan dan Gubernur Riau Abdul Wahid juga memberikan pandangan mereka mengenai perlindungan lingkungan berdasarkan nilai-nilai budaya lokal.
Kegiatan ini dimulai dengan salat subuh berjamaah di Masjid Al Adzim Polda Riau, diikuti oleh para pemuka daerah dan masyarakat umum. Acara kemudian dilanjutkan dengan pembukaan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang memperkuat semangat nasionalisme sejak awal. Dalam sambutannya, Kapolda Riau menekankan bahwa upaya pelestarian alam bukan hanya didasari pada regulasi formal tetapi juga harus berasal dari keyakinan mendalam dan budaya masyarakat. Ia menyampaikan harapan agar institusi kepolisian tidak hanya menjadi pusat keamanan tetapi juga pusat nilai moral.
Gubernur Riau Abdul Wahid turut hadir dan menyoroti pentingnya nilai-nilai budaya Melayu dalam menjaga harmoni dengan alam. Menurutnya, bagi masyarakat Melayu, merusak alam setara dengan melukai warisan leluhur dan mengkhianati generasi mendatang. Dalam pidatonya, Gubernur menyebutkan metafora pemimpin sebagai pohon yang memberikan manfaat bagi masyarakat, baik dalam hal tempat bergantung, berteduh, bersandar, maupun sebagai akar yang kuat.
Sesi pertama dipresentasikan oleh Rocky Gerung, yang membahas paradigma modern yang sering kali memisahkan sains dari aspek spiritual. Menurut Rocky, alam tidak hanya berfungsi sebagai latar belakang kehidupan manusia, tetapi juga merupakan subjek moral yang harus diperhatikan. Ia menyebutkan bahwa alam ibarat rahim yang memberi kehidupan, dan seperti halnya rahim, ia harus dilindungi dari segala bentuk kerusakan.
Acara ini menunjukkan pentingnya kolaborasi antara agama, sains, dan budaya dalam menciptakan kesadaran baru tentang perlindungan lingkungan. Melalui pendekatan holistik yang mengintegrasikan nilai-nilai spiritual, ilmu pengetahuan, dan tradisi lokal, diharapkan masyarakat dapat lebih bertanggung jawab terhadap keberlanjutan alam. Diskusi ini menjadi langkah awal menuju transformasi sosial yang lebih inklusif dan berkelanjutan.