Muhammad Ali dikenal sebagai salah satu petinju terhebat sepanjang masa, bukan hanya karena kekuatan pukulan yang luar biasa tetapi juga karena kemampuan defensifnya yang sangat cemerlang. Salah satu momen ikonik dalam karier Ali adalah ketika ia menunjukkan kecepatan luar biasa dalam menghindari serangkaian pukulan lawan di pertandingan eksibisi melawan Michael Dokes pada tahun 1977. Selain itu, filosofi tinju Ali, “Float like a butterfly, sting like a bee,” mencerminkan strategi bertarungnya yang unik dan efektif.
Kemampuan Ali untuk membaca gerakan lawan serta merespons dengan timing yang tepat menjadikan dirinya tokoh legendaris dalam dunia tinju. Keahliannya tidak hanya berfokus pada kekuatan fisik tetapi juga pada kelincahan, antisipasi, dan kecerdasan taktis yang membedakannya dari para petinju lainnya.
Dalam pertandingan eksibisi melawan Michael Dokes, Ali menunjukkan kemampuan luar biasa dalam menghindari pukulan. Pada usia 35 tahun, Ali mampu menghindari 21 pukulan dari Dokes dalam waktu hanya 10 detik. Gerakan kaki yang ringan seperti penari balet serta refleks yang cepat membuatnya menjadi simbol kecakapan teknis di atas ring.
Bergerak dengan elegan seperti kupu-kupu, Ali mampu menghindari hantaman demi hantaman yang dilayangkan oleh Dokes, seorang petinju muda berbakat dengan rekam jejak amatir yang impresif. Meskipun Dokes memiliki kekuatan fisik yang besar sebagai petinju kelas berat, Ali menggunakan kombinasi antara footwork yang lincah dan head movement yang presisi untuk menghindari serangan tersebut. Setelah demonstrasi ini, Ali bahkan langsung berjoget, menunjukkan betapa santainya ia saat melakukan trik pertahanan ini. Momen ini menjadi bukti bahwa keberhasilan Ali tidak hanya bergantung pada kekuatan fisik tetapi juga pada pengendalian diri dan kecerdasan dalam membaca ritme pertarungan.
Ali terkenal dengan slogan “Float like a butterfly, sting like a bee,” yang merepresentasikan gaya bertarungnya yang unik. Ia mampu bergerak dengan ringan untuk menghindari serangan, sambil menyengat balik dengan pukulan-pukulan cepat dan akurat. Kemampuan ini didasarkan pada pemahaman mendalam tentang ritme serangan lawan serta antisipasi yang tepat.
Lebih dari sekadar kecepatan fisik, Ali juga memiliki kemampuan luar biasa dalam membaca gerakan lawan. Ia dapat memprediksi arah pukulan dan merespons dengan gerakan kepala, geseran kaki, serta slipping yang minimal namun efektif. Ali tidak hanya menghindari pukulan secara pasif; gerakannya sering kali justru menciptakan celah bagi serangan balik yang mematikan. Filosofi ini menjadi inspirasi bagi para petinju modern, yang belajar bahwa dalam setiap pertarungan, kecerdikan dan ketangkasan sering kali lebih ampuh daripada sekadar adu kekuatan. Melalui pendekatannya yang inovatif, Ali telah menunjukkan bahwa seni tinju adalah gabungan antara kekuatan mental, fisik, dan strategi yang cerdas.