Gaya Hidup
Penelitian tentang Kuntilanak: Jejak Sejarah dan Transformasi Budaya
2025-05-27

Penggambaran hantu dalam masyarakat Indonesia memiliki latar belakang yang jauh lebih dalam daripada sekadar cerita mistis. Salah satu peneliti dari Jerman, Timo Duile, memfokuskan studinya pada legenda kuntilanak melalui perspektif antropologi budaya. Dalam kajian tersebut, dia menemukan bahwa sosok kuntilanak bukan hanya simbol ketakutan, tetapi juga mencerminkan transformasi sosial di wilayah Asia Tenggara.

Kuntilanak atau yang dikenal sebagai pontianak di Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam, awalnya dipahami sebagai roh-roh alam yang tinggal di pepohonan besar seperti beringin. Penamaan ini berkaitan erat dengan asal-usul Kota Pontianak, yang berasal dari kata 'Ponti' dalam bahasa Melayu, artinya pohon tinggi. Saat perkembangan kota menggusur pepohonan tersebut, pandangan masyarakat terhadap roh-roh tersebut mulai berubah menjadi makhluk yang menyeramkan. Perubahan ini sejalan dengan pengaruh agama monoteistik yang masuk ke wilayah tersebut, membawa konsep spiritualitas baru serta menggeser keyakinan animisme tradisional.

Pandangan modern tentang kuntilanak sebagai sosok wanita seram dapat ditelusuri dari interaksi antara patriarki dan monoteisme. Nadya Karima Melati, seorang sejarawan, menjelaskan bahwa kedatangan agama monoteistik tidak hanya mengubah cara pandang terhadap roh, tetapi juga melekatkan stereotip negatif kepada perempuan. Hal ini disebabkan oleh hubungan dekat perempuan dengan siklus hidup dan kematian, misalnya saat proses kelahiran yang seringkali diiringi risiko kematian. Meskipun demikian, penting untuk mengenali bahwa narasi ini adalah hasil konstruksi sosial yang bisa dipertanyakan. Melalui pemahaman historis dan budaya, kita dapat melihat bahwa cerita-cerita mistis bukanlah sesuatu yang statis, tetapi terus berkembang seiring waktu.

Mitos dan cerita rakyat seperti kuntilanak merupakan bagian integral dari identitas budaya suatu bangsa. Mereka merefleksikan nilai-nilai, keyakinan, dan dinamika sosial yang ada di masa lalu maupun saat ini. Alih-alih hanya memandangnya sebagai sumber ketakutan, kita bisa menggunakan cerita-cerita ini sebagai jembatan untuk memahami sejarah dan perubahan sosial secara lebih mendalam. Dengan demikian, kita tidak hanya mempertahankan warisan budaya, tetapi juga menginspirasi generasi mendatang untuk lebih menghargai keragaman narasi lokal.

more stories
See more