Gaya Hidup
Pengaruh Gula Darah Tinggi terhadap Fungsi Otak pada Individu Sehat
2025-04-15

Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa kadar gula darah yang lebih tinggi dapat memengaruhi fungsi otak, bahkan pada orang dewasa sehat tanpa diabetes. Penelitian ini dilakukan oleh ilmuwan dari Kanada dan mengungkapkan hubungan antara kadar hemoglobin terglikasi (HbA1c) dengan aktivitas saraf otonom serta konektivitas otak. Hasilnya menunjukkan perbedaan berdasarkan usia dan jenis kelamin, dengan dampak yang lebih besar pada individu lanjut usia.

Penelitian ini juga menyoroti pentingnya kontrol kadar gula darah untuk menjaga kesehatan otak meskipun tidak ada diagnosis diabetes. Meski demikian, beberapa keterbatasan seperti jumlah peserta lansia yang kecil dan kurangnya data etnis harus diperhitungkan dalam interpretasi hasil.

Kaitan Gula Darah dengan Aktivitas Saraf Otonom

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar HbA1c yang lebih tinggi berkorelasi dengan aktivitas sistem saraf parasimpatik yang lebih rendah, diukur melalui variabilitas detak jantung (HRV). Hubungan ini lebih kuat pada peserta lanjut usia dibandingkan dengan mereka yang lebih muda, terutama di belahan kanan otak. Temuan ini memberikan wawasan tentang bagaimana fluktuasi kadar gula darah dapat memengaruhi keseimbangan fisiologis tubuh.

Gula darah yang tinggi diketahui memiliki efek negatif pada aktivitas sistem saraf parasimpatik, yang bertanggung jawab atas proses relaksasi tubuh. Dalam studi ini, dua indikator HRV, yaitu RMSSD dan frekuensi tinggi HRV, digunakan untuk mengevaluasi respons parasimpatik. Peserta yang memiliki kadar HbA1c lebih tinggi cenderung menunjukkan penurunan aktivitas parasimpatik, yang tercermin dari HRV yang lebih rendah. Fenomena ini lebih signifikan pada individu lanjut usia, menunjukkan bahwa faktor usia memainkan peran penting dalam intensifikasi efek tersebut. Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa pengaruh ini lebih mencolok di belahan kanan otak, yang berperan dalam regulasi emosional dan fisik.

Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Konektivitas Otak

Studi ini juga menemukan perbedaan signifikan dalam hubungan antara aktivitas saraf otonom dan konektivitas otak berdasarkan jenis kelamin. Wanita tampak lebih rentan terhadap dampak rendahnya HRV dan lemahnya konektivitas otak dibandingkan pria, terutama di belahan kiri otak. Meskipun kadar HbA1c dan HRV antara pria dan wanita tidak berbeda secara statistik, temuan ini menunjukkan adanya mekanisme biologis yang berbeda berdasarkan jenis kelamin.

Dalam analisis lebih lanjut, para peneliti menemukan bahwa wanita memiliki respon yang lebih sensitif terhadap penurunan aktivitas parasimpatik, yang tercermin dari lemahnya interkoneksi di wilayah otak yang mengatur sistem saraf otonom. Hal ini lebih nyata di belahan kiri otak, yang berfungsi sebagai pusat pengolahan informasi logis dan linguistik. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh variasi hormonal atau struktur otak antara pria dan wanita. Studi ini menegaskan bahwa jenis kelamin adalah faktor penting dalam memahami hubungan antara kadar gula darah dan fungsi otak. Namun, penelitian lebih mendalam diperlukan untuk memahami mekanisme tepat di balik fenomena ini, termasuk potensi intervensi yang dapat dilakukan untuk memitigasi risiko terkait.

more stories
See more