Berkat karyanya, Basel Adra bersama rekan-rekannya Rachel Szor, Hamdan Ballal, dan Yuval Abraham telah meraih prestasi tertinggi dalam industri perfilman. Di atas panggung, sineas Yuval Abraham memanfaatkan kesempatan langka ini untuk menyuarakan pesan perdamaian dan mengutuk praktik penghapusan etnis terhadap warga Palestina. Pesan ini tidak hanya menciptakan gelombang emosi di kalangan audiens tetapi juga mendapatkan perhatian luas dari media internasional.
Basel Adra berasal dari Masafer Yatta, sebuah desa yang dirobohkan oleh tentara Israel untuk digunakan sebagai zona pelatihan militer. Dokumentasi ini bukan hanya tentang kehilangan tempat tinggal, melainkan juga tentang identitas dan warisan budaya yang hilang. Dengan mata kepala sendiri, Basel mencatat setiap detail dari proses pengusiran penduduk Palestina, menciptakan narasi kuat yang mempengaruhi opini publik global.
Momennya menjadi semakin dramatis ketika Basel harus menghadapi risiko penangkapan. Meski hidup dalam bayang-bayang ketakutan, Basel tetap teguh dalam misinya untuk mendokumentasikan realitas yang dialami oleh rakyat Palestina. Penghargaan ini seolah menjadi pengakuan atas perjuangan panjang Basel dan komitmennya terhadap kebenaran.
Yuval Abraham, salah satu produser film, menggunakan platform Oscar untuk menyampaikan pesan penting tentang perdamaian dan hak asasi manusia. Dia mengecam tindakan penghapusan etnis dan menyerukan pembebasan bagi rakyat Palestina. Pesan damai ini mencerminkan aspirasi banyak orang yang telah lama menantikan solusi adil untuk konflik Israel-Palestina.
Pidato singkat namun kuat ini menarik perhatian dunia, membuka dialog baru tentang cara-cara membangun kedamaian yang berkelanjutan. Media internasional bereaksi dengan cepat, menyoroti isu-isu yang disuarakan oleh tim pembuat film. Ini menjadi titik balik penting dalam upaya mendapatkan perhatian lebih luas terhadap situasi di wilayah tersebut.