Tiga pria Muslim dari Spanyol, yakni Abdelkader Harkassi, Abdallah Hernandez, dan Tariq Rodriguez, memulai sebuah perjalanan spiritual yang luar biasa pada musim gugur 2024. Mereka menyelesaikan ibadah haji dengan cara unik yaitu menunggang kuda Arab Asil sepanjang jarak 8.000 kilometer dari Andalusia menuju Makkah. Perjalanan ini tidak hanya menjadi pengabdian mereka kepada agama, tetapi juga sebagai upaya untuk menghidupkan kembali tradisi haji darat yang telah lenyap selama lebih dari lima ratus tahun. Imam dari Shifa Mosque di London, Abdelkader Harkassi, berperan penting dalam menyelenggarakan logistik perjalanan ini.

Perjalanan Panjang Melalui Benua Eropa

Dalam usaha besar ini, tiga penjelajah spiritual ini memulai petualangan mereka dari sebuah kota kecil bernama Almonaster la Real di wilayah Andalusia, Spanyol, pada bulan Oktober 2024. Dengan menggunakan kuda Arab Asil yang terkenal akan ketahanannya, mereka melintasi banyak negara Eropa seperti Prancis, Italia, Slovenia, hingga mencapai Timur Tengah melalui Turki dan Mesir. Setiap langkah di sepanjang perjalanan ini dipenuhi dengan tantangan fisik serta pengalaman budaya yang mendalam.

Sepanjang perjalanan, mereka menerima dukungan dari komunitas-komunitas Muslim lokal. Di Istanbul, mereka disambut oleh Universitas Istanbul Sabahattin Zaim, di mana mereka bertemu dengan mahasiswa dan para pendukung yang termotivasi oleh semangat mereka. Harkassi menjelaskan bahwa perjalanan ini adalah bentuk penghormatan kepada warisan budaya dan spiritual Muslim Andalusia serta inspirasi bagi generasi muda untuk mengenal lebih baik tentang sejarah Islam di Eropa.

Dokumentasi perjalanan mereka dilakukan melalui media sosial dan platform crowdfunding, membagikan cerita-cerita harian serta menggalang dana dari masyarakat luas.

Dari perspektif seorang jurnalis, perjalanan ini memberikan pelajaran penting tentang keyakinan dan kesabaran. Ketiganya menunjukkan bahwa meskipun hadapi tantangan besar, tekad dan keyakinan dapat membawa seseorang mencapai tujuan tertinggi. Ini adalah bukti nyata bahwa setiap individu memiliki potensi untuk merenungkan sejarah dan melestarikan nilai-nilai budaya yang penting bagi identitas kolektif kita. Perjalanan ini tidak hanya tentang ibadah, tetapi juga tentang kebangkitan warisan yang sempat hilang.