Indeks saham utama di Indonesia, yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), mengawali perdagangan dengan kenaikan signifikan. Pada pagi hari, IHSG mencatatkan penguatan hampir 1% seiring optimisme yang muncul dari perkembangan global maupun domestik. Para pelaku pasar tampaknya antusias terhadap potensi kebijakan baru dari Bank Indonesia (BI) serta berkurangnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China.
Sectoral performance menunjukkan dominasi positif di sebagian besar sektor industri. Sektor properti dan teknologi menjadi sorotan dengan peningkatan paling mencolok, sementara sektor barang baku menjadi satu-satunya yang masih berada dalam tekanan. Aktivitas perdagangan juga cukup ramai, dengan transaksi mencapai ratusan miliar rupiah melibatkan jutaan lembar saham. Sentimen global memainkan peran penting, karena indeks Wall Street yang menguat turut mendukung performa IHSG.
Pasar modal nasional tidak hanya dipengaruhi oleh faktor eksternal tetapi juga harapan terhadap hasil Rapat Dewan Gubernur BI. Dalam rapat ini, para pengamat memprediksi suku bunga acuan kemungkinan akan tetap stabil pada angka 5,75%. Namun, ada spekulasi bahwa beberapa lembaga memperkirakan penurunan suku bunga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global. Selain itu, investor mulai beralih ke aset safe haven seperti emas dan yen Jepang sebagai respons terhadap risiko perlambatan ekonomi dunia.
Optimisme pasar didukung oleh prediksi harga emas yang diperkirakan akan melonjak lebih tinggi akibat pelemahan dolar AS. Beberapa bank investasi ternama bahkan memproyeksikan harga emas dapat mencapai level tertinggi sepanjang sejarah. Di sisi lain, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh Dana Moneter Internasional (IMF) yang direvisi ke bawah menjadi perhatian tersendiri. Meskipun demikian, sentimen positif dari langkah-langkah kebijakan domestik serta perbaikan kondisi global membuka peluang bagi pemulihan pasar modal Indonesia di masa depan.