Penyakit menular seksual (IMS) seperti sifilis mengalami kenaikan signifikan di Indonesia. Data terbaru dari Kementerian Kesehatan mencatat sekitar 48 persen infeksi IMS disebabkan oleh sifilis, yang paling banyak terjadi pada kelompok usia muda. Faktor utama penyebabnya meliputi kurangnya pengetahuan tentang seks aman dan minimnya akses layanan kesehatan reproduksi.
Selain sifilis, IMS lain seperti klamidia, gonore, herpes genital, dan HPV juga sering ditemukan. Penyebaran penyakit ini dapat terjadi melalui kontak langsung dengan luka atau selama kehamilan dan proses persalinan. Gejala sifilis bervariasi berdasarkan tahap infeksinya, mulai dari luka kecil hingga kerusakan organ permanen jika tidak ditangani dengan cepat.
Di Indonesia, kasus sifilis telah meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. Data menunjukkan bahwa kelompok usia 15-19 tahun menjadi salah satu yang paling rentan terhadap infeksi ini. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya pemahaman tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi serta perilaku seksual yang tidak aman.
Infeksi sifilis umumnya berkembang karena kurangnya edukasi mengenai risiko penyakit menular seksual. Selain itu, akses terbatas ke layanan kesehatan reproduksi membuat individu sulit mendapatkan diagnosis dan pengobatan tepat waktu. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI, Ina Agustina, menegaskan perlunya upaya lebih besar untuk memberikan informasi kepada generasi muda tentang bahaya IMS dan cara mencegahnya. Peningkatan kesadaran akan penting bagi pengendalian penyebaran penyakit ini di masa depan.
Sifilis memiliki empat tahap perkembangan yang berbeda, yaitu primer, sekunder, laten, dan tersier. Setiap tahap menunjukkan gejala unik yang bisa sangat merugikan jika tidak segera diobati. Mulai dari luka kecil yang tampak ringan hingga potensi kerusakan permanen pada organ tubuh, setiap tahap harus diperhatikan secara cermat agar dapat dideteksi dan diatasi lebih awal.
Gejala pertama kali muncul dalam bentuk luka kecil tanpa rasa sakit di tempat bakteri masuk, biasanya muncul sekitar sepuluh hingga sembilan puluh hari setelah paparan. Tahap selanjutnya adalah ruam pada telapak tangan dan kaki, yang kadang disertai kutil di area kelamin atau mulut. Jika tidak diobati, sifilis dapat memasuki tahap laten, di mana gejalanya tidak tampak tetapi masih menular. Akhirnya, tahap tersier menyebabkan kerusakan permanen pada organ vital seperti jantung dan otak. Upaya deteksi dini dan pengobatan antibiotik sangat penting untuk mencegah komplikasi serius yang dapat terjadi dalam jangka panjang.