Gaya Hidup
Potensi Ekonomi Kratom: Dari Kontroversi Menuju Pasar Global
2025-06-20

Tanaman herbal asli Asia Tenggara, khususnya Kalimantan, yakni kratom, telah menjadi komoditas ekspor yang menjanjikan. Dengan AS sebagai pasar utama, produk ini mencapai nilai ekspor hingga US$ 9,15 juta pada tahun 2023. Meskipun di Indonesia pernah dikenal sebagai "narkoba baru," kini kratom berkembang sebagai industri bernilai miliaran dolar di luar negeri. Namun, tantangan legalitas dan regulasi domestik tetap menjadi isu penting.

Berbagai manfaat kesehatan dari kratom seperti penghilang rasa sakit, penangkal kelelahan, dan pengobatan alternatif untuk depresi memperkuat posisinya di pasar global. Walaupun demikian, status hukumnya masih bervariasi di berbagai negara, termasuk Indonesia sendiri yang belum mengizinkan peredaran bebas di pasar domestik meskipun ekspornya telah diatur secara resmi.

Kratom Sebagai Komoditas Ekspor Berpotensi Tinggi

Tanaman herbal yang dikenal dengan nama ilmiah Mitragyna speciosa ini telah membuka peluang besar bagi Indonesia dalam pasar internasional. Pulau Kalimantan, sebagai wilayah penghasil utama, berhasil mengekspor sekitar 4.694 ton daun surga ini kepada Amerika Serikat pada tahun 2023. Ekstrak kratom dijual dengan harga fantastis mencapai US$ 6.000 per kilogram, menjadikannya salah satu komoditas ekspor bernilai tinggi.

Industri kratom di AS terus berkembang pesat, mencapai nilai lebih dari US$ 1 miliar. Meski demikian, legalitas tanaman ini di pasar global masih menjadi kendala. Di beberapa negara seperti Jepang dan Jerman, penggunaannya dibatasi, sementara India menjadi salah satu pasar ekspor terbesar dengan kebijakan yang lebih longgar. Hal ini menunjukkan perlunya Indonesia untuk memastikan standar kualitas agar sesuai dengan persyaratan internasional.

Mengungkap Manfaat dan Regulasi Kratom di Indonesia

Selain potensinya sebagai komoditas ekspor, kratom juga dikenal karena manfaat kesehatannya. Tanaman ini sering digunakan untuk meredakan nyeri kronis, mengurangi gejala depresi, serta membantu proses detoksifikasi opioid. Salah satu senyawa aktifnya, 7-hydroxymitragynine, memiliki efek analgesik yang jauh lebih kuat daripada morfin. Penggunaan tradisional selama ratusan tahun di Asia Tenggara menunjukkan bahwa kratom dapat membantu mengatasi masalah seperti kelelahan, diare, dan kram otot.

Di Indonesia, regulasi terkait kratom masih belum sepenuhnya jelas. Meskipun izin ekspor telah diatur melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20 dan 21 Tahun 2024, perdagangan di pasar domestik masih belum diizinkan. Pemerintah menyatakan bahwa saat ini fokus utama adalah memperkuat hilirisasi di wilayah penghasil seperti DKI Jakarta, Kalimantan Barat, dan Jawa Timur untuk meningkatkan kontribusi ekonomi. Kendati demikian, langkah-langkah regulasi yang lebih tegas sangat diperlukan agar industri ini dapat berkembang secara berkelanjutan tanpa mengabaikan aspek kesehatan dan sosial.

more stories
See more