Berbagai negara di dunia mulai menunjukkan tanda-tanda serius untuk mengurangi ketergantungan mereka pada dolar Amerika Serikat (AS) sebagai mata uang utama dalam transaksi internasional. Sebuah kesepakatan baru antara sepuluh anggota Persemakmuran Negara-negara Merdeka (CIS) telah menjadi sorotan, dengan langkah mereka untuk menggunakan mata uang lokal dalam perdagangan bilateral. Ini merupakan bagian dari tren dedolarisasi yang semakin kuat akibat ketidakstabilan kebijakan ekonomi AS dan tekanan geopolitik global. Para analis seperti Deutsche Bank dan Goldman Sachs memperingatkan bahwa status dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia mungkin akan goyah lebih lanjut.
Upaya ini dilatarbelakangi oleh berbagai faktor yang merugikan stabilitas dolar AS, termasuk penggunaannya sebagai alat sanksi ekonomi dan dampak dari kebijakan tarif tinggi era Donald Trump. Sepuluh negara anggota CIS—termasuk Armenia, Azerbaijan, Belarusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Moldova, Rusia, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan—telah mencapai kesepakatan penting untuk menggeser fokus transaksi internasional mereka ke mata uang lokal. Keputusan ini sejalan dengan langkah serupa yang diambil oleh negara-negara ASEAN, yang juga memprioritaskan penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan regional.
Dalam laporan terbaru, para ekonom Deutsche Bank memperkirakan adanya risiko besar terkait pergeseran alokasi modal global. Menurut George Saravelos dari Deutsche Bank, prasyarat untuk penurunan signifikan nilai dolar AS sudah mulai terbentuk. Hal ini didukung oleh pandangan serupa dari Goldman Sachs, yang memprediksi tekanan lebih lanjut terhadap dolar AS jika tren dedolarisasi terus berkembang. Ekonom Jan Hatzius dari Goldman Sachs bahkan menyatakan bahwa pelemahan nilai dolar dapat terjadi dalam beberapa tahun mendatang.
Meskipun transisi penuh ke mata uang lokal membutuhkan waktu dan stabilitas ekonomi yang solid, upaya ini menandakan langkah strategis menuju diversifikasi sistem keuangan global. Negara-negara yang terlibat dalam inisiatif ini percaya bahwa penggunaan mata uang lokal tidak hanya akan mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar, tetapi juga meningkatkan kedaulatan ekonomi mereka.
Pengurangan ketergantungan pada dolar AS melalui penggunaan mata uang lokal dalam transaksi internasional bisa menjadi awal dari transformasi besar-besaran dalam hierarki mata uang dunia. Jika tren ini terus berkembang, dominasi dolar AS yang selama ini menjadi tulang punggung sistem keuangan global mungkin akan mengalami penurunan signifikan, membuka peluang bagi mata uang lain untuk memainkan peran yang lebih besar dalam perdagangan global.