Olahraga raket gabungan, yang menarik minat berbagai kalangan di Amerika Serikat sejak tahun 1965, telah berkembang pesat. Diciptakan oleh tiga ayah sebagai aktivitas keluarga yang menyenangkan, permainan ini menggunakan alat sederhana dan aturan yang mudah dipahami. Permainan ini kemudian mendapatkan nama unik dari dunia dayung. Popularitasnya terus meluas, didorong oleh aksesibilitas dan inklusivitasnya, hingga mencapai Indonesia pada akhir abad ke-20.
Dalam suasana musim panas yang hangat di Bainbridge Island, Washington, pada tahun 1965, tiga orang ayah, Joel Pritchard, Bill Bell, dan Barney McCallum, menciptakan olahraga inovatif ini untuk menghibur anak-anak mereka. Mereka memanfaatkan jaring bulu tangkis, pemukul ping pong, dan bola plastik berlubang untuk membuat permainan yang seru dan mudah dimainkan. Nama "pickleball" berasal dari istilah dalam olahraga dayung, menggambarkan tim yang dibentuk dari berbagai latar belakang.
Olahraga ini menyebar dengan cepat di AS karena mudah dipelajari, memiliki dampak rendah pada tubuh, dan cocok untuk semua usia serta tingkat keterampilan. Bahkan selebriti pun turut mendukung perkembangannya. Di Indonesia, pickleball diperkenalkan pada tahun 1996 di Jakarta oleh pasangan suami istri. Meski awalnya tidak begitu populer, kunjungan Jeff van der Hulst pada tahun 2019 menjadi titik balik penting dalam penyebaran dan pertumbuhan pickleball di negeri ini.
Berita tentang perkembangan pickleball memberikan kita pelajaran penting tentang bagaimana sebuah ide sederhana dapat berkembang menjadi gerakan global. Kesederhanaan dan inklusivitas permainan ini menunjukkan bahwa olahraga tidak harus rumit untuk dinikmati semua orang. Pengalaman ini juga mengingatkan kita akan pentingnya mempromosikan aktivitas fisik yang bisa dinikmati bersama seluruh anggota keluarga.